redaksiharian.com – Limbah baterai sampai saat ini masih menjadi permasalahan dari ekosistem kendaraan listrik di seluruh dunia.
Bahkan, sampai saat ini belum ada pihak yang secara resmi bisa mengatasi dampak lingkungan yang ditimbulkan dari limbah baterai .
Pengamat otomotif Bebin Djuana mengatakan, jika belum lama ini India bekerja sama dengan pabrik kendaraan besar di eropa yang mana membuat project bernama the second life untuk baterai kendaraan listrik bekas.
“Baterai bekas mereka atasi. Yang rusak bagiannya diganti dan bagian yang masih baik dipertahankan. Alhasil, baterai ini punya kesempatan kehidupan kedua. Dan itu dipakai untuk kendaraan komersial . Contohnya seperti kelas Bajaj,” kata Bebin kepada Kompas.com, Kamis (12/10/2022).
Menurut Bebin, tidak ada salah Indonesia mengadopsi program ini sebagai salah satu persiapan dari peralihan ke era kendaraan listrik.
Program ini akan menjadi solusi bagi pabrik besar kendaraan yang masih belum tahu mau diapakan limbah baterai tersebut.
Tidak hanya itu, ini juga akan membuat harga jual baterai kendaraan listrik jadi lebih terjangkau. Dibandingkan dengan membeli baterai baru, cara ini akan membuat harga baterai jadi lebih murah.
“Konon katanya baterai seperti itu masih bisa dipakai untuk lima atau enam tahun ke depan. Beda jika untuk mobil penumpang, itu kan harus bisa lari diatas 150 km per jam misalnya. Tapi kalau kendaraan komersial moda logistik seperti itu lari 60 km per jam juga sudah cukup,” kata Bebin.
Artinya, kendaraan listrik dengan baterai bekas bisa dimanfaatkan untuk kegiatan di lingkungan sekitar yang dekat dengan tidak mengotori lingkungan dari emisi.