redaksiharian.com – Ide pembuatan aplikasi ini berawal ketika Farrel meneliti industri batik di kampung halamannya di Semarang dan beberapa kota lain di Jawa Tengah, yang tengah mengalami penurunan omset selama 5 tahun terakhir.

Hal ini dikarenakan masih banyak orang yang belum mengetahui tingginya nilai produkbatik, terutama yang diproduksi secara tradisional.

Selain itu, konsumen juga kesulitan membedakan batik tulis dengan batik cap dan batik print, sehingga banyak yang masih meragukan mahalnya harga batik tulis.

“Saya terdorong untuk mengangkat keindahan dan makna yang ada di setiap karya batik. Saya mengajak tim untuk memanfaatkan teknologi dengan membuat sebuah platform end-to-end yang memudahkan pengguna mengetahui proses pembuatan dan klasifikasi berbagai jenis batik,” jelas Farrel Athaillah Putra, CEO Naratik.

Fitur klasifikasi pada Naratik diharapkan dapat mengedukasi dan menumbuhkan kembali kepercayaan konsumen terhadap keaslian jenis batik yang mereka lihat.

Konsumen pun bisa memahami nilai tinggi setiap karya batik terutama batik tulis.

Bangkit juga merupakan bagian dari inisiatif Grow with Google, guna meningkatkan keterampilan siswa, pemilik bisnis, developers, dan startups.

Dia menambahkan, Naratik memiliki tujuan untuk menyejahterakan para pengrajin batik di Indonesia, dengan menjembatani konsumen dengan calon seniman batik.

“Ekosistem industri batik yang terpelihara dengan baik dapat menciptakan generasi baru pembatik dan melestarikan warisan budaya Indonesia,” ungkapnya dalam keterangan resminya, Senin (10/3/2022).