Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan pada Sabtu (9/7) bahwa ia telah membahas masalah agresi Rusia di Ukraina dalam pembicaraan selama lebih dari lima jam dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Pembicaraan tersebut mengangkat keprihatinan atas kerja sama Beijing dengan Moskow.

Kedua diplomat menggambarkan pembicaraan langsung pertama mereka sejak Oktober sebagai pembicaraan “terbuka.” Pertemuan tersebut berlangsung sehari setelah mereka menghadiri pertemuan para menteri luar negeri G20 di Bali.

“Saya berbagi lagi dengan anggota dewan negara bahwa kami prihatin dengan keberpihakan RRC dengan Rusia,” kata Blinken pada konferensi pers setelah pembicaraan, merujuk RRC sebagai Republik Rakyat China.

Dia mengatakan dia tidak berpikir China berperilaku netral karena telah mendukung Rusia di PBB dan “memperkuat propaganda Rusia.”

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kanan) dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi menghadiri pertemuan di Nusa Dua di Bali pada 9 Juli 2022. (Foto: AFP/Stefani Reynolds)

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kanan) dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi menghadiri pertemuan di Nusa Dua di Bali pada 9 Juli 2022. (Foto: AFP/Stefani Reynolds)

Setelah pertemuan itu, seorang pejabat AS mengatakan “tidak ada pihak yang menahan diri.”

“Kami sangat terbuka tentang di mana perbedaan kami … tetapi pertemuan itu juga konstruktif karena meskipun jujur, nadanya sangat profesional,” kata pejabat itu.

Blinken mengatakan Presiden China Xi Jinping telah menjelaskan dalam panggilan telepon dengan Presiden Vladimir Putin pada 13 Juni bahwa ia mendukung keputusan untuk membentuk kemitraan dengan Rusia.

Sesaat sebelum invasi Rusia 24 Februari ke Ukraina, Beijing dan Moskow mengumumkan kemitraan “tanpa batas”, meskipun para pejabat AS mengatakan mereka belum melihat China menghindari sanksi keras yang dipimpin AS terhadap Rusia atau memberikan bantuan peralatan militer.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kanan) dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi berbicara sebelum pertemuan di Nusa Dua, Bali pada 9 Juli 2022. (Foto: AFP/Stefani Reynolds)

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken (kanan) dan Menteri Luar Negeri China Wang Yi berbicara sebelum pertemuan di Nusa Dua, Bali pada 9 Juli 2022. (Foto: AFP/Stefani Reynolds)

Para pejabat AS telah memperingatkan berbagai konsekuensi, termasuk sanksi, jika China menawarkan dukungan material untuk perang yang disebut Moskow sebagai “operasi militer khusus” untuk menghabisi militer Ukraina. Kyiv dan sekutu Baratnya mengatakan invasi itu adalah perampasan tanah tanpa alasan.

‘Sinofobia’

Ditanya tentang penolakannya untuk mengadakan pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov di G20, Blinken mengatakan: “Masalahnya adalah: kami tidak melihat tanda-tanda apa pun bahwa Rusia, pada saat ini, siap untuk terlibat dalam diplomasi yang berarti.”

Wang bertukar pandangan mendalam tentang “masalah Ukraina” selama pembicaraan tersebut, menurut sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kementeriannya, tanpa memberikan rincian.

Dia juga mengatakan kepada Blinken bahwa arah hubungan AS-China berada dalam bahaya yang semakin “tersesat” karena masalah dengan persepsi Washington tentang China.

“Banyak orang percaya bahwa Amerika Serikat menderita serangan ‘Sinofobia’ yang semakin serius,” kata Wang sebagaimana dikutip dari keterangannya.

Wang juga mengatakan Washington harus membatalkan tarif tambahan yang dikenakan pada China sesegera mungkin dan menghentikan sanksi sepihak terhadap perusahaan China. [ah]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.