redaksiharian.com – Invasi Rusia ke Ukraina belum kelar-kelar. Warga Rusia kini ogah bila harus dikirim Vladimir Putin maju perang ke Ukraina . Banyak warga Rusia pergi dari negaranya untuk menyelamatkan diri.

Warga Rusia kabur ke Georgia atau Turki di selatan, ke Finlandia di sebelah barat, hingga ke Norwegia sekalian. Mereka tidak ingin mati konyol atau membunuh orang di Ukraina.

Dilansir Deutsche Welle (DW), Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani dekrit tentang mobilisasi parsial yang akan dimulai pada 21 September lalu. Tujuannya adalah “membebaskan” wilayah Donbas, wilayah Ukraina yang telah diinvasi Rusia.

Media lokal melaporkan penerbangan ke luar Rusia yang tak memerlukan visa telah habis terjual. Harga tiket ke Turki, Armenia, dan Azerbaijan melonjak sampai Rp 29 juta.

Eksodus terjadi. Warga Rusia juga mencapai negara-negara Barat, seperti Finalndia.

Simak selanjutnya:

Finlandia menjadi lokasi eksodus warga Rusia yang ogah perang menuruti kemauan Putin. Dilansir AFP, Selasa (27/9), akhir pekan lalu adalah akhir pekan tersibut untu lalu lintas di perbatasan timur.

Badan perbatasan mengatakan hampir 8.600 orang Rusia memasuki Finlandia melalui perbatasan darat pada hari Sabtu (24/9) lalu dan hampir 4.200 menyeberang ke arah lain.

“Tingkat kedatangan sekitar dua kali lipat dari minggu lalu,” kata Sasioglu.

Salah satu dari banyak orang Rusia yang ke Finlandia adalah Alex, mantan perwira militer yang telah menjadi tentara selama delapan tahun. Dia tidak ingin maju perang. Alex sebenarnya lahir di Ukraina (dahulu) namun berkewarganegaraan Rusia.

“Ukraina adalah tanah air saya, dan Rusia adalah rumah saya, rumah saya sekarang membunuh tanah air saya,” kata Alex.

Di Norwegia, 243 orang memasuki negara itu dari Rusia. Sebanyak 167 orang dari 243 orang itu memiliki visa Schengen, sementara 91 orang berangkat ke Rusia. Diperkirakan, masih akan banyak lagi warga Rusia yang datang.

Georgia juga dimasuki orang-orang Rusia yang ingin selamat. Dilansir Reuters, lebih dari 3 ribu kendaraan mengantre melintasi perbatasan.

Menurut statistik pemerintah, ibu kota Georgia, Tbilisi, telah melihat masuknya sekitar 40.000 warga Rusia sejak Moskow menginvasi Ukraina pada 24 Februari lalu. Di antara mereka, ada Dmitry yang mengajak istri dan putrinya yang masih kecil. Mereka melintasi Krasnodar ke Mineralnye Vody di Kaukasus Utara, pos awal ke Georgia.

Perkembangan terakhir, dilansir AFP, sudah ada 10 ribu orang Rusia masuk Georgia, negara dengan ukuran berlipat-lipat kali lebih kecil ketimbang ukuran Rusia.

“Kami sepenuhnya menentang perang ini. Bagi kami, seperti bagi orang lain, itu menakutkan. Untuk mati dan membunuh orang lain, dan untuk apa? Kami tidak mengerti. Karena itu, kami memutuskan untuk melarikan diri,” kata Dmitry.

Sebagian eksodus lari ke Kazakstan, negara yang dulu bagian dari Uni Soviet. Antrean panjang sampai beberapa kilometer mengarah ke Petropavlovsk dan Uralsk. Orang yang ke Kazakstan umumnya adalah anak muda. Di antara banyak orang, ada Igor dari Samara. Igor adalah seorang programmer yang menolak ikut menyerang Ukraina.

“Saya akan pergi ke Uralsk untuk melarikan diri dari apa yang mengancam saya di kampung halaman saya. Teman-teman saya sudah direkrut, saya belum. Saya tidak ingin berperang, saya tidak ingin membunuh, dan saya tidak ingin dibunuh,” kata Igor.

Selanjutnya, apakah Rusia bakal tutup perbatasan supaya orang-orang tak eksodus lagi?

Pemerintah Rusia menyatakan saat ini belum ada keputusan yang diambil mengenai apakah akan menutup perbatasan Rusia untuk menghentikan eksodus warga Rusia yang melarikan diri dari negara itu. Eksodus ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi militer untuk perang di Ukraina, mobilisasi militer pertama sejak Perang Dunia II.

Dilansir dari kantor berita Reuters, Selasa (27/9/2022), ditanya tentang kemungkinan penutupan perbatasan, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan: “Saya tidak tahu apa-apa tentang ini. Saat ini, belum ada keputusan yang diambil mengenai hal ini.”

“Setiap orang yang dalam usia wajib militer harus dilarang bepergian ke luar negeri dalam situasi saat ini,” kata Sergei Tsekov, seorang anggota parlemen senior yang mewakili Krimea di majelis tinggi parlemen Rusia, kepada kantor berita RIA.

Dua situs berita – Meduza dan Novaya Gazeta Eropa – melaporkan bahwa otoritas Rusia berencana untuk melarang para pria pergi, mengutip pejabat yang tidak disebutkan namanya.

Jumlah pasti orang yang telah meninggalkan Rusia sejak Putin mengumumkan apa yang disebutnya “mobilisasi parsial”, tidaklah jelas. Tapi gambaran awal menunjukkan terjadinya eksodus substansial.