redaksiharian.com – Jumlah warga Rusia yang tiba setiap hari di negara tetangga Georgia, telah meningkat hampir dua kali lipat sejak Presiden Vladimir Putin memerintahkan mobilisasi parsial untuk perang di Ukraina .

Pengumuman Putin telah memicu gelombang eksodus baru ke Georgia , yang telah menjadi tujuan utama bagi warga Rusia yang melarikan diri sejak perang Rusia-Ukraina dimulai pada 24 Februari.

“Empat sampai lima hari yang lalu 5.000-6.000 (warga Rusia) tiba di Georgia setiap hari. Jumlahnya kini telah meningkat menjadi sekitar 10.000 per hari,” kata Menteri Dalam Negeri Georgia Vakhtang Gomelauri kepada wartawan, dilansir dari kantor berita AFP, Selasa (27/9/2022).

Selama empat bulan pertama perang Rusia-Ukraina , hampir 50.000 orang Rusia telah melarikan diri ke Georgia, di mana mereka dapat tinggal selama satu tahun tanpa visa, kata kantor statistik negara kecil Laut Hitam itu pada Juni lalu.

Sekitar 40.000 warga Rusia lainnya melarikan diri pada periode yang sama ke Armenia, tujuan utama lainnya yang juga tidak memiliki persyaratan visa untuk warga Rusia.

Pada hari Selasa (27/9), kementerian dalam negeri lokal di wilayah Rusia yang berbatasan dengan Georgia mengatakan ada antrean sekitar 5.500 mobil yang menunggu untuk mencapai perbatasan Georgia.

Bahkan dilaporkan antrean kendaraan berlangsung hingga 48 jam di satu-satunya perbatasan darat ke Georgia , tetangga pro-Barat yang memungkinkan warga Rusia masuk tanpa visa.

Pemandangan seperti yang terjadi di perbatasan Rusia-Georgia ini juga terjadi di perlintasan dengan Kazakhstan, Finlandia dan Mongolia, yang semuanya melaporkan antrean yang padat.

Beredar kabar bahwa otoritas Rusia mungkin menutup perbatasan untuk menghentikan warga Rusia yang kabur ke negara-negara tetangga sejak Putin memberi perintah untuk memanggil ratusan ribu tentara cadangan dalam eskalasi terbesar dari perang tujuh bulan di Ukraina. Namun, Kremlin menyatakan saat ini belum ada keputusan mengenai hal itu.

Dilansir dari kantor berita Reuters, Selasa (27/9/2022), ditanya tentang kemungkinan penutupan perbatasan, juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov mengatakan kepada wartawan: “Saya tidak tahu apa-apa tentang ini. Saat ini, belum ada keputusan yang diambil mengenai hal ini.”