redaksiharian.com – Para pejabat tinggi Jepang dan negara asing memberikan penghormatan kepada mantan perdana menteri (PM) Shinzo Abe dalam pemakaman kenegaraan pada Selasa (27/9/2022).

Upacara pemakaman Shinzo Abe menarik ribuan pelayat maupun pengunjuk rasa ke pusat kota Tokyo.

Dalam pidatonya, PM Jepang Fumio Kishida menggambarkan sosok Shinzo Abe sebagai “orang yang berani” dan mengungkap prestasinya, termasuk upaya memperkuat hubungan diplomatik Jepang.

“Saya merasakan kesedihan yang memilukan,” kata Kishida, dikutip dari Kantor berita AFP.

Kotak abu Shinzo Abe telah dibawa oleh istrinya Akie ke tempat Budokan yang bertingkat di Tokyo, di mana tembakan 19 senjata terdengar untuk menghormati politisi yang terbunuh itu.

Shinzo Abe adalah perdana menteri terlama di Jepang dan salah satu tokoh politik paling terkenal di Jepang, yang dikenal karena mengembangkan aliansi internasional dan strategi ekonomi “Abenomics”.

Dia mengundurkan diri pada 2020 karena masalah kesehatan yang berulang.

Tetapi, Shinzo Abe tetap menjadi corong politik utama dalam kampanye bagi partainya yang berkuasa.

Shinzo Abe sendiri terbunuh ketika seorang pria bersenjata menembakny dengan senjata rakitan pada 8 Juli 2022.

Penembakan itu mengirimkan gelombang kejut ke seluruh negara dengan kejahatan senjata yang terkenal rendah dan memicu kecaman internasional.

Namun, keputusan untuk “memberinya” pemakaman kenegaraan telah memicu oposisi, dengan sekitar 60 persen orang Jepang menentang acara tersebut dalam jajak pendapat baru-baru ini.

Selama ini jarang ada mantan PM Jepang yang dimakamkan secara kenegaraaan. Shinzo Abe menjadi orang yang kedua dalam periode pasca-perang.

“Begitu banyak oposisi”

Wakil Presiden AS Kamala Harris dan para pemimpin dunia termasuk Perdana Menteri India Narendra Modi.

Perdana Menteri Australia Anthony Albanese dan Wakil Presiden Indonesia Ma’ruf Amin termasuk di antara mereka yang hadir di pemakaman Shinzo Abe.

Di luar gedung Nippon Budokan, ribuan orang turut mengantre saat abu Shinzo Abe tiba, menunggu untuk mengantarkan bunga dan berdoa di dua tenda duka.

Koji Takamori datang jauh-jauh dari Hokkaido utara bersama putranya yang berusia sembilan tahun.

“Saya ingin berterima kasih padanya. Dia telah melakukan banyak hal untuk Jepang,” kata pria berusia 46 tahun itu kepada AFP.

“Cara meninggalnya sangat mengejutkan. Sejujurnya, saya juga datang karena begitu banyak oposisi. Saya di sini untuk menentang mereka yang menentang (pemakaman kenegaraan) ini,” ucap dia.

Para penentang pemakanan kenegaraan Shinzo Abe juga datang. Mereka dilaporkan berbaris di dekat tenda-tenda sebelum menggelar demonstrasi yang lebih besar di depan parlemen Jepang.

Pemakaman kenegaraan Shinzo Abe berarti dibiayai oleh dana rakyat.

“Ada orang-orang yang berjuang secara finansial yang menderita terutama di bawah kebijakan ‘Abenomics’. Kita tidak boleh melupakan ini,” kata Ryo Machida, seorang mahasiswa berusia 19 tahun, di luar Budokan.

“Dia mungkin pemimpin yang kuat, tapi kalau dipikir-pikir, dia keras kepala dan anti-demokrasi,” pendapat dia.