RedaksiHarian – Dalam laporan tersebut, UFC berada di peringkat pertama dengan nilai sekitar 11,3 miliar dolar AS (Rp183,5 triliun). Sementara WWE, bagian dari TKO, perusahaan yang juga menaungi UFC, berada di peringkat kedua.
Dua perusahaan ini telah berkecimpung dalam dunia olahraga kombat selama lebih dari tiga dekade.
Tak ayal, jenama mereka telah banyak dikenal dunia.
Sementara itu, ONE Championship mencoba menyusul di peringkat keempat.
Perusahaan yang berdiri pada 2011 tersebut memiliki nilai 1,3 miliar dolar AS (Rp21,1 triliun) dengan pendapatan tahunan sebesar 140 juta dolar AS.
Pencapaian ini semakin menegaskan posisi ONE sebagai kekuatan utama di dunia seni bela diri, terutama setelah berhasil menyelenggarakan ajang pertama mereka di Amerika Serikat pada tahun lalu.
Berbeda dari UFC yang terfokus pada MMA, ONE juga menampilkan Muay Thai, kickboxing, dan submission grappling.
Variasi ini membuat mereka bisa menjangkau lebih banyak pencinta seni bela diri.
Dukungan dari Amazon Prime dan Sky Sports telah memungkinkan ONE Championship untuk menjangkau lebih dari 190 negara demi memperluas pengaruh mereka di panggung dunia.
Meski relatif berusia lebih muda, posisi ONE dalam persaingan global telah banyak diperhitungkan berkat banyaknya atlet global yang bernaung di bawah mereka seperti Rodtang Jitmuangnon, Stamp Fairtex, Demetrious Johnson, dan Anatoly Malykhin.
Kembalinya ONE Championship ke Amerika Serikat menandai momen penting dalam upaya mereka untuk bersaing lebih keras di kancah internasional.
Dengan kekayaan talenta dan inovasi dalam promosi, ONE Championship semakin menunjukkan bahwa mereka adalah salah satu kekuatan utama dalam industri olahraga tarung global.
Kehadiran mereka di panggung dunia tidak hanya menghibur penggemar tetapi juga memberikan dampak signifikan pada dinamika persaingan dalam industri ini, terutama karena beragamnya olahraga yang mereka promosikan.
Sementara itu, keberhasilan UFC tidak hanya karena konten pertarungannya yang menarik tetapi juga melalui kemitraan strategis dan inovasi dalam penyelenggaraan ajang mereka.
Di sisi lain, industri tinju tetap diminati pasar.
Matchroom Boxing berhasil masuk lima besar dengan pendapatan tahunan 134 juta dolar AS dan nilai perusahaan 850 juta dolar.
Kesuksesan Matchroom di tahun ini tak terlepas dari laga Anthony Joshua atas Francis Ngannou yang menjadi sorotan utama pencinta tinju.
WWE menduduki posisi kedua dengan nilai 6,8 miliar dolar AS dan pendapatan tahunan 1,33 miliar.
Hal ini menunjukkan bahwa gulat profesional masih memiliki tempat khusus di hati para penggemar.
Di posisi ketiga ada organisasi gulat profsional AEW yang muncul sebagai pesaing serius dengan nilai 2 miliar dolar AS.