redaksiharian.com – Harga minyak kelapa sawit dunia (Crude Palm Oil/CPO) dibayangi sentimen negatif sepanjang pekan ini.

Pada sesi perdagangan akhir pekan ini, Jumat (9/9/2022) harga CPO ditutup menguat 1,5% dibandingkan hari sebelumnya di RM3.594 per ton, mengakhiri penurunan selama 10 hari beruntun. Sementara itu dalam sepekan CPO anjlok 8,2% secara point-to-point (ptp).

Terkoreksinya CPO disebabkan oleh prospek pasokan CPO dunia yang meningkat, sementara China yang merupakan pembeli terbesar kedua setelah India, masih memberlakukan pembatasan aktivitas (lockdown). Tidak hanya itu, harga CPO terbebani oleh harga minyak kedelai yang anjlok.

Refinitiv Commodities Research dalam risetnya menilai bahwa stok minyak sawit yang tinggi dan produksi musiman yang lebih kuat dari negara-negara produsen utama seperti Indonesia dan Malaysia menghasilkan pasokan CPO global yang berlimpah, sehingga menekan pasar.

“Peningkatan prospek pasokan global dari minyak biji matahari dan minyak kedelai juga merupakan faktorbearish,” tulisnya dalam riset yang dikutip Reuters.

Jajak pendapat analis Reuters memprediksikan bahwa produksi CPO Malaysia akan melesat menjadi 2,03 juta ton, meskipun Dewan Minyak Sawit Malaysia masih akan mengumumkan jumlah produksi pada pekan depan.

Harga CPO juga kerap dipengaruhi oleh harga minyak saingan seperti minyak kedelai karena mereka bersaing untuk mendapatkan pangsa pasar.

Sepanjang pekan harga minyak kedelai di Dalian anjlok 2,16% ptp, sedangkan harga minyak kedelai di Chicago Board of Trade jatuh 1,75% ptp.

Pasar global juga tengah mengawasi situasi Covid-19 di China karena penguncian atau lockdown mengganggu permintaan akan CPO. Diketahui, China sedang melakukan penguncian di Chengdu, ibu kota provisi Sichuan sejak 1 September 2022.

Para pejabat setempat memperingatkan bahwa virus itu masih menimbulkan risiko di beberapa daerah dan memperpanjang penguncian untuk 16 juta penduduk kota.

TIM RISET CNBC INDONESIA