redaksiharian.comJakarta, CNBC Indonesia– Emas bergerak sangat volatile sepanjang pekan ini. Pergerakan dolar Amerika Serikat (AS), krisis energi di Eropa, pernyataan hawkish pejabat bank sentral AS The Federal Reserve/the Fed, hingga aksi bargain hunting membuat harga emas naik turun sepanjang pekan.

Pada perdagangan terakhir pekan ini, Jumat (9/9/2022), emas ditutup menguat 0,51% ke level US$ 1.716,05 per troy ons.

Dalam sepekan, harga emas menguat 0,27% secarapoint to point.Dalam sebulan, harga emas masih melandai 4,35% sementara dalam setahun amblas 4,38%.

Analis Kitco Metals Jim Wyckoff mengatakan penguatan emas kemarin dibantu oleh ambruknya dolar AS. Dolar Index kemarin longsor ke 109, terendah sepanjang bulan ini. Dolar AS melemah setelah kenaikan suku bunga acuan bank sentral Eropa (European Central Bank/ECB) mengerek suku bunga acuan sebesar 75 bps.

Pelemahan dolar membuat emas menjadi menarik karena lebih murah sehingga makin terjangkau untuk dibeli.”Dolar AS melemah tajam dalam semalam dan ini menopang pergerakan emas. Pelaku pasar juga banyak yang melakukan aksi short-covering menjelang akhir pekan sehingga membantu emas,” ujar Wyckoff, kepada Reuters.

Pada pekan ini, emas langsung amblas pada perdagangan Senin dan Selasa tetapi kemudian menguat tajam 0,97% pada Rabu. Emas kemudian melemah kembali pada Kamis tetapi menguat pada Jumat.

Pergerakan dolar AS masih menjadi penentu utama emas pada pekan ini. Dolar AS melonjak tajam pada awal pekan setelah data ketenagakerjaan AS membaik.

AS mengumumkan jumlah lapangan kerja yang tercipta pada Agustus mencapai 315.000. Sedikit di atas perkiraan pasar yakni 300.000. Tingkat pengangguran di AS memang naik tetapi hanya tipis menjadi 3,7% pada Agustus, dari 3,5% pada Juli.

Data tersebut membuat pelaku pasar meyakini jika the Fed akan menaikkan suku bunga secara agresif pada pertemuan rutin 20-21 September mendatang.

Ekspektasi pasar membuat Dolar Index ke 110,21 pada penutupan Selasa pekan ini. Posisi tersebut adalah yang tertinggi sejak Juni 2002 atau dalam 20 tahun terakhir.

Harga emas sempat melonjak 0,97% karena memburuknya situasi di Eropa dan aksi bargain hunting pelaku pasar yang mencari untung.

Seperti diketahui, krisis energi di Eropa semakin memburuk setelah Rusia menegaskan sikapnya jika mereka tidak akan memasok gas ke Eropa secara penuh jika sanksi Negara Barat kepada Rusia belum dicabut.

Krisis energi juga diperkirakan akan semakin memperburuk kondisi perekonomian Eropa sehingga ancaman resesi akan semakin nyata. Emas merupakan aset aman sehingga dicari saat terjadi ketegangan geopolitik atau saat ekonomi memburuk.

Emas sempat melemah lagi pada Kamis karena pernyataan hawkish Chairman the Fed Jerome Powell. Berbicara di acara Cato Institute, Kamis (8/9/2022), Powell menegaskan jika the Fed sangat serius memerangi inflasi. Artinya, kenaikan suku bunga kemungkinan masih akan terus terjadi.

Namun, di tengah tarik menarik banyaknya faktor penggerak emas, sang logam mulia mampu mengakhiri pekan ini di zona positif.

TIM RISET CNBC INDONESIA