redaksiharian.com – Fintech Ddan digital banking disebut bisa menjadi biang kerok penyebab krisis ekonomi. Bahkan Acting Office of Comptroller of the Currency (OCC) , Michael Hsu menyebut fintech harus mendapatkan perhatian lebih.
OCC merupakan lembaga independen bentukan Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS). Tugasnya, mengawasi perbankan dan lembaga keuangan yang mengumpulkan dana dari masyarakat.
“Saya percaya fintech dan teknologi besar memiliki dampak besar dan kami harus memberi perhatian lebih banyak akan itu,” kata Hsu dikutip dari Reuters, Kamis (8/9/2022).
Dia mengatakan gangguan fintech pada keuangan tradisional termasuk dengan kemitraan bank menciptakan lebih banyak kompleksitas. Selain juga menjadi de-integrasi di seluruh sektor perbankan.
“Menurut saya proses ini, yang dibiarkan sendiri, kemungkinan akan dipercepat dan berkembang hingga ada masalah yang parah atau bahkan krisis,” ungkapnya.
Dia menambahkan kerjasama bank dan perusahaan teknologi telah mempersulit regulator. Yakni dalam rangka membedakan antara saat bank berhenti dan perusahaan teknologi mulai.
Selain juga karena valuasi fintech turun akibat meningkatnya biaya penyaluran kredit dan kemitraan antar bank serta fintech juga mengalami peningkatan.
Hal-hal tersebut, menurutnya dapat menciptakan risiko teknologi informasi seputar keamanan dan ketahanan informasi. Serta bisa menimbulkan masalah perlindungan pelanggan.
“Saya semakin khawatir mengenai ‘yang tidak diketahui’ dan khawatir mengenai risiko yang kurang dikenal dalam transisi digital tidak berlabel dan tidak terlihat,” jelas Hsu.
“Seperti yang kita pelajari dari krisis keuangan 2008, risiko yang tidak terlihat punya kecenderungan untuk tumbuh dan kemudian jadi sumber kejutan yang tidak menyenangkan”.