redaksiharian.comJakarta, CNBC Indonesia – Kurs rupiah berhasil mempertahankan penguatannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) hingga di pertengahan perdagangan Kamis (08/9/2022). Bahkan, Mata Uang Garuda menjadi mata uang berkinerja terbaik di Asia, ketika mayoritas mata uang tertekan.

Mengacu pada data Refinitiv, rupiah menguat pada pembukaan perdagangan sebanyak 0,17% ke 14.890/US$. Kemudian, rupiah memangkas apresiasinya menjadi hanya 0,05% ke Rp 14.908/US$ pada pukul 11:00 WIB.

Indeks dolar AS pada Rabu (7/9) sempat menyentuh rekor tertinggi dua dekadenya ke posisi 110,79. Namun, hari ini pada pukul 11:00 WIB, indeks dolar AS kembali diperdagangkan di level 109,82, melemah 0,01% terhadap enam mata uang dunia lainnya.

Namun, analis menilai bahwa dolar AS masih ditopang oleh suku bunga acuan yang diprediksikan akan kembali naik pada pertemuan bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) pada 21-22 September 2022.

“Dolar adalah batu karang di lautan masalah saat ini, mengungguli semua saingan utamanya karena suku bunga akan naik dan ekonomi menunjukkan tanda-tanda ketahanan,” tutur Karl Schamotta, kepala strategi pasar, di Corpay di Toronto dikutip Reuters.

Sementara itu, pada Rabu (7/9), pejabat The Fed mengindikasikan bahwa mereka masih belum yakin bahwa inflasi AS telah berlalu.

“Kami berada di sini selama yang diperlukan untuk menurunkan inflasi,” kata Wakil Ketua Fed Lael Brainard dalam sebuah pidato di konferensi perbankan.

Menurutnya, risiko utama di AS merupakan wabah inflasi yang terburuk sejak 1980-an. Brainard juga menambahkan bahwa untuk mengendalikan inflasi diperlukan kenaikan suku bunga yang tajam yang ditujukan untuk memperlambat ekonomi, menekan pengeluaran dan membuat permintaan akan barang dan jasa sesuai dengan kemampuan ekonomi untuk memproduksi atau mengimpornya.

Selain itu, dalam ringkasan Beige Book, The Fed memprediksikan bahwa inflasi akan bertahan setidaknya sampai akhir tahun ini.

Setelahnya, analis menaikkan prediksinya bahwa The Fed akan kembali hawkish pada pertemuan selanjutnya bulan ini. Mengacu pada alat ukur FedWatch, sebanyak 79% analis memprediksikan adanya kenaikan sebanyak 75 basis poin (bps) pada 21-22 September 2022 dan akan mengirim tingkat suku bunga Fed menjadi 3%-3,25%. Dari sebelumnya hanya sebanyak 75% saja.

Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) melaporkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Agustus 2022 berada di 124,7, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya di 123,2. Sebagai informasi, IKK yang berada lebih besar dari 100 menandakan bahwa masyarakat optimis dengan situasi ekonomi saat ini dan ekspektasi terhadap ekonomi ke depan.

“Hal tersebut tercermin dari Indeks Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Agustus 2022 yang masing-masing tercatat sebesar 111, 7 dan 137,7, lebih tinggi dari 110,9 dan 135,5,” kata Kepala departemen Komunikasi BI Erwin Haryono, Kamis (8/9/2022).

Erwin mengatakan kenaikan IKE Agustus 2022 didorong oleh meningkatnya seluruh komponen pembentuknya, tertinggi pada Indeks Penghasilan Saat Ini yang meningkat sebesar 1,6 poin menjadi 119,8 pada Agustus 2022.

Sementara itu, menguatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi ke depan terutama ditopang oleh ekspektasi terhadap kegiatan usaha dan ekspektasiterhadap ketersediaan lapangan kerja yang masing-masing tercatat sebesar 138,8 dan 136,2, lebih tinggi dari 133,5 dan 134,5 pada Juli 2022.

BI juga mencatat ekspektasi terhadap penghasilan pada 6 bulan ke depan terindikasi relatif stabil dibandingkan bulan sebelumnya dan terjaga pada level optimis sebesar 138,2.

Rilis data ekonomi yang solid, tentunya menambah ‘bensin’ untuk laju rupiah hari ini, terbukti rupiah pun berhasil mempertahankan penguatannya hingga di pertengahan hari ini.

Di Asia, mayoritas mata uang masih tertekan, di mana hanya tiga mata uang yang berhasil menguat terhadap dolar AS. Rupiah menjadi mata uang berkinerja terbaik hari ini, disusul oleh ringgit Malaysia dan dolar Hong Kong yang menguat masing-masing sebesar 0,04% dan 0,01% terhadap si greenback.

TIM RISET CNBC INDONESIA