RedaksiHarian – Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono menyebutkan peningkatan kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi setiap tahun.
“Dulu kasusnya masih belum seperti sekarang. Dulu per lima sampai sepuluh tahun baru ada (peningkatan), tetapi ternyata karena perubahan iklim dan ekosistem maka setiap tahun ada peningkatan (kasus DBD),” katanya saat ditemui di Jakarta, Jumat.Peningkatan tersebut, kata WamenkesDante, dibuktikan dengan 25 kasus per 100.000 penduduk pada 2018 dan meningkat terus hingga52 kasus per 100.000 penduduk pada 2022.
Selain itu, katanya, tingkat fatalitas kasus (CFR/Case Fatality Rate) juga meningkat dari 0,71 persen menjadi 0,86 persen pada periode yang sama.Untuk itu, pihaknya telah menerapkan berbagai program pencegahan yang dimulai dari dasar seperti kampanye 3M plus, dan 10, 10, 10 (sepuluh, sepuluh, sepuluh) di setiap rumah.”Jadi, setiap rumah mencari jentik-jentik nyamuk selama sepuluh menit, pada pukul sepuluh pagi, setiap sepuluh minggu selama berturut-turut untuk mengurangi penyebaran DBD,” ujarnya.
Selain program jangka pendek, pihaknya juga melakukan inovasi di bidang kesehatan, seperti menciptakan dua jenis vaksin DBD, serta upaya mengawinkan nyamuk Aedes aegypti dengan nyamuk Wolbachia untuk melumpuhkan kemampuan nyamuk dalam menularkan DBD.Kemudian, pihaknya juga melakukan kerja sama dengan sejumlah pemangku kepentingan, salah satunya adalah upaya kerja sama antara Kemenkes dan Kaukus Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI dalam membentuk gerakan Koalisi Bersama (Kobar) Lawan Dengue.”Belajar dari pandemi COVID-19, tidak mungkin percepatan penanggulangan DBD hanya menjadi program eksklusif Kemenkes, namun harus inklusif dengan melibatkan elemen lainnya termasuk Kaukus Kesehatan,” ujarnya.
Menurut dia, penurunan kasus DBD dapat diwujudkan dengan keterlibatan semua pihak. Oleh karena itu, WamenkesDante berharap angka kematian nol akibat DBDpada 2030 dapat dicapai demi kepentingan bersama.