Saat hujan tiba, inspirasi menulis puisi kerap datang begitu saja berkat suasana sendu dari langit. Seperti kumpulan contoh puisi hujan berikut ini, diksi-diksi soal suasana hati yang mendung berhasil dikaitkan dengan pemaknaan hujan yang erat kaitannya dengan kesedihan. Kalau kamu ingin melihat puisi hujan tersebut, yuk simak informasinya pada artikel ini.
Pernahkah kamu merasa bahwa cuaca memengaruhi suasana hati?
Misalnya, cuaca cerah membuatmu begitu bersemangat dan merasa senang.
Namun, saat langit mulai mendung dan hujan turun, suasana hati jadi lebih muram, sendu, dan sedih.
Selama hujan, Property People pun mendadak lesu, memikirkan hal-hal sedih, melamun, sambil menulis puisi sambil berdiam diri di rumah.
Tak ayal, puisi tentang hujan bisa menjadi media ungkapan perasaan yang dialami penulisnya, misalnya mewakili rasa rindu hingga kesedihan.
Berikut ini 99.co Indonesia hadirkan contoh puisi hujan yang memiliki makna kesedihan, cinta, hingga keindahan.
Melansir dari banyak sumber, yuk simak penjelasannya di bawah ini.
Puisi Hujan
1. Hujan Bulan Juni
oleh Sapardi Djoko Damono
Tak ada yang lebih tabah
Dari hujan bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
Kepada pohon yang berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
Dari hujan bulan Juni
Dihapuskannya jejak-jejak kakinya
Yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
Dari hujan bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan diserap akar
Pohon bunga itu
2. Hujan dan Kebersamaan
oleh Dedik B
Hujan ini mengingatkanku pada angan
Pada kebersamaan pernah kita jalankan
Setiap orang menarikan imajinasi yang disampaikan
Melalui kertas putih tak diharapkan
Langit terasa gelap mencekam
Air berjatuhan tanpa memberi kesempatan
Hawa dingin menusuk pori-pori badan
Semangat tetap tak terbantahkan
Ada yang tidur dengan kesakitan
Ada yang merenung dengan kesendirian
Ada yang ragu dalam penyampaian
Ada pula cinta dalam kebersamaan
Kasih ku tatap mata tajam
Ada kerinduan terlalu dalam
Seperti tanah gersang merindukan hujan
Kasih bila hujan telah tiada
Adakah kebersamaan kita tetap terjaga?
Setiap peristiwa melahirkan suka dan duka
Dan menjadi penyebab guncangan jiwa
3. Hujan dan Namamu
oleh E. Natasha
Senandung lagu mendekap lirih romansa jiwa
Benak menyapa raut wajah yang nyaris tenggelam
Dalam lautan mimpi sang penghirup malam
Melawan hujan, mereguk jejak tanpa nama dunia
Dia yang mencoba membaca arah
Dalam gelap, memanggil cahaya yang tersembunyi di balik aksara
Berdiri sendiri mencoba mengenal suara kerinduan
Adakah dia disana masih terpaku menatap kenangan
Kemana kau akan berlari
Melepas pagi dan mencoba memutar mentari
Apakah kau masih terlelap dan terus bermimpi
Memuja cinta tanpa rasa haus duniawi
Kenangan hujan memanggilmu dan tetap memanggil namamu
Meski luka mencoba menjauhkan dirimu dari putaran waktu masa lalu
Bulan disana masih merindukanmu
Untuk kembali padanya, tanpa menghapus tangisan hujan di wajahmu
Puisi tentang Hujan
4. Ia Bernyanyi dalam Hujan
oleh WS Rendra
Ia bernyanyi di dalam hujan
dan tak seorang tahu
darimana datangnya.
Tak seorang berani nengok
begitu gaib datangnya.
Dimuntahkan dari angin.
Menggembung dari air gelembung.
Ia bernyanyi di malam hujan
entah darimana datangnya.
Burung lepas ditangiskan.
Tangis domba di perut lembah.
Dan air jeruk menetesi
luka daging baru terbuka.
Empedu! Empedu yang pecah!
jarum terhanyut pada darah.
Dan di mulut terkulum
rasa buah-buah logam.
Ia bernyanyi di malam hujan
penyapnya perlahan
terapung bagai gabus
tergantung di sunyi yang bertanya.
Tak seorang tahu datangnya
mayat kere dijumpa pagi hari
perempuan tua dan buta.
Ia bernyanyi di malam hujan
entah dari mana datangnya.
Telah lebih dulu ia tahu
tentang kepergian dirinya.
5. Kabut dalam Hujan Januari
oleh Taufiq Ismail
Saat angin dan kabut Januari
Berkejaran di atas atap-atap kota
Serasa murid-muridku untukku bernyanyi
‘Hari Ini Nestapa Menyanyi’
Adakah dingin dalam bunyi senja
Yang bernapas pelan dalam gugur daunan
Sampai padamu dalam warna-warna serupa
Dan menyuarakan angin yang gemetaran
Di sini aku duduk, jendela kabut berjalin dingin
Bunga di luar musimnya ungu mengangguk-angguk
Kujamah hati kamar ini dan merasa sangat dingin
Berkata, di sini kau mestinya merenda duduk
Dan deru di langit yang tak lagi biru
Berdenyar-denyar dalam gugusan badai
Adakah itu yang kauberi nama rindu
Berpijar-pijar namun tak sempat sampai
Adalah jalanan yang masuk dalam malam
Bertebaran serta basah daun berjuta
Napas kabut antara desah pohonan
Menyapaku lengang lewat jendela.
1964
Puisi Hujan Singkat
6. Setetes Kenangan dalam Hujan
oleh Tarisya Widya Safitria
Dulu
Saat semburat merah jingga nan elok
Saat gumpalan kapas gelap bersanding bersama cakrawala
Tetes kehidupan jatuh serentak
Memborbardir ribuan kilometer lahan
Impresi menguap di atas tanah
Larut bersama wewangian hujan
Di bawah rintik-rintik nikmat Tuhan
Tersemat manis indahnya janji masa depan
Penuh kebahagiaan semu berselimut basah
Kini,
Beradu dengan nestapa
Menatap seruan hina yang menyayat jiwa
Menusuk hingga rindu menyeruak keluar
Dengan satu tarikan nafas gusar
7. Ibu Hujan
oleh Joko Pinurbo
Ibu hujan dan anak-anak hujan
berkeliaran mencari ayah hujan
di perkampungan puisi hujan.
Anak-anak hujan berlarian
meninggalkan ibu hujan
menggigil sendirian di bawah pohon hujan.
Anak-anak hujan bersorak girang
menemukan ayah hujan
di semak-semak hujan.
Ayah hujan mengaduh kesakitan
tertimpa tiga kilogram hujan.
Ayah hujan dan anak-anak hujan
beramai-ramai menemui ibu hujan,
tapi ibu hujan sudah tak ada
di bawah pohon hujan.
“Kita tak akan menemukan ibu hujan di sini.
Ibu hujan sudah berada di luar hujan.”
***
Semoga artikel ini bermanfaat untuk kamu ya, Property People.
Jangan lupa untuk pantau terus artikel yang tak kalah menarik lainnya lewat Berita 99.co Indonesia.
Kunjungi 99.co/id dan rumah123.com untuk menemukan hunian impianmu dari sekarang.
Dapatkan kemudahan untuk memenuhi kebutuhan properti, karena kami selalu #AdaBuatKamu.
Kunjungi dari sekarang dan temukan hunian favoritmu, salah satunya Griya Reja Residence!
Artikel ini bersumber dari www.99.co.