Enam belas kelompok HAM pada hari Senin (29/8) mendesak pemberontak Houthi Yaman untuk mengakhiri pengepungan mereka di Taiz, kota terbesar ketiga di negara itu.
Kelompok-kelompok tersebut, termasuk Human Rights Watch dan Amnesty International, mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama bahwa blokade Houthi di Taiz telah sangat membatasi kebebasan bergerak dan menghambat aliran barang-barang penting, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan kepada penduduk kota.
“Pembatasan Houthi telah memaksa warga sipil menggunakan jalan pegunungan yang berbahaya dan tidak terawat yang merupakan satu-satunya penghubung antara penduduk kota Taiz yang terkepung dan seluruh dunia,” kata Michael Page, wakil direktur Timur Tengah dan Afrika Utara di Human Rights Watch.
Houthi telah memberlakukan pengepungan di Taiz, ibu kota provinsi dengan nama yang sama, sejak Maret 2016. Kota di barat daya itu adalah persimpangan dua jalan raya penting: jalan timur-barat menuju kota pesisir Mocha di Laut Merah, dan satu lagi utara-selatan, ke Sanaa melalui provinsi Dhamar dan Ibb.
Pernyataan bersama itu mengatakan pos-pos pemeriksaan yang diawasi Houthi mencegah penduduk membawa barang-barang penting seperti buah, sayuran, gas untuk kebutuhan memasak, paket perawatan dialisis, dan tabung oksigen. Mereka juga “secara tidak sah menyita beberapa barang-barang ini,” sebut pernyataan itu.
”Pengepungan Taiz tidak lebih dari sebuah kartu di meja perundingan,” kata Radhya Al-Mutwakel, ketua organisasi Mwatana untuk HAM.
Pembukaan kembali jalan-jalan di Taiz dan di provinsi-provinsi lain adalah bagian dari gencatan senjata yang ditengahi PBB antara Houthi dan pemerintah yang diakui secara internasional, yang awalnya berlaku awal April dan diperpanjang dua kali hingga awal September.
Beberapa putaran negosiasi yang difasilitasi PBB di ibu kota Yordania, Amman, gagal menghasilkan kesepakatan untuk meredakan blokade Houthi di Taiz. Pada bulan Juli, pemberontak telah menolak proposal PBB untuk pembukaan kembali jalan-jalan di Taiz secara bertahap, menurut misi PBB di Yaman.
Blokade adalah bagian dari perang saudara brutal Yaman sejak 2014, ketika Houthi merebut Sanaa dan sebagian besar Yaman Utara dan memaksa pemerintah melarikan diri ke pengasingan. Koalisi yang dipimpin Saudi memasuki perang pada awal 2015 untuk mencoba mengembalikan pemerintah yang diakui secara internasional ke tampuk kekuasaan.
Konflik tersebut telah menciptakan salah satu krisis kemanusiaan terburuk di dunia dan selama bertahun-tahun berubah menjadi perang proksi regional antara Arab Saudi dan Iran. Lebih dari 150.000 orang telah tewas, termasuk lebih dari 14.500 warga sipil. [ab/uh]
Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.