RedaksiHarian – Jerman memandang China sebagai mitra, kompetitor, sekaligus “rival sistemik”, dan Berlin harus mengurangi risiko ketergantungan ekonomi kepada Beijing, kata Duta Besar Jerman untuk Indonesia Ina Lepel.
Dalam temu media di Jakarta, Selasa, Lepel mengatakan bahwa dalam strategi terhadap China, Berlin tetap membutuhkan China untuk bekerja samamenghadapi berbagai tantangan global seperti perubahan iklim.
“China adalah penghasil CO2 terbesar, dan pada saat bersamaan, produsen terbesar energi terbarukan. Kerja sama dengan China sangat penting untuk menyelesaikan krisis iklim global,” kata dia.
Pemerintah Jerman telah mengadopsi strategi nasional dalam berhubungan dengan China yang menjadipengakuan resmi bahwa hubungan antara China, Jerman dan Uni Eropa telah berubah.
Dokumen setebal 61 halaman itu telah disetujui oleh kabinet Kanselir Olaf Scholz dan diperkenalkan kepada publik 13 Juli lalu. Dokumen tersebut menyatakan”China telah berubah, dan sebagai hasilnya Jerman perlu menyesuaikan pendekatannya”.
Strategi tersebut sekaligus merupakan pedoman bagi para pelaku dan asosiasi bisnis, perusahaan, serikat pekerja dalam berhubungan dengan China agar mengurangi ketergantungan perdagangan kepada mitra ekonomi terbesarnya itu.
Strategi terhadap China juga membuat Jerman tetap memiliki hubungan baik dengan Taiwanyang diklaim Beijing sebagai wilayahnya, tetapiberpegang teguh kepada Kebijakan Satu China.
“Status quo Selat Taiwan hanya dapat diubah dengan cara damai dan persetujuan bersama,” demikian dokumen itu.