Maju Tak Gentar, Sinanggar Tulo, hingga Bungong Jeumpa mengalun merdu dari atas panggung Wisma Indonesia di Washington DC, AS, ketika paduan suara yang terdiri dari anak-anak diaspora Indonesia, yang mengenakan berbagai pakaian adat, menyanyikan 3 lagu kebangsaan dan 15 lagu daerah.

Penampilan itu dilakukan usai upacara bendera untuk memperingati Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia, Rabu (17/8) siang.

Ayra Malik, 4 tahun, puas dengan penampilannya bersama anak-anak diaspora lain di atas panggung (foto: VOA)

Ayra Malik, 4 tahun, puas dengan penampilannya bersama anak-anak diaspora lain di atas panggung (foto: VOA)

Bagi anak-anak yang lahir dan tumbuh besar di tanah air mungkin bukan perkara sulit untuk mempelajari lagu-lagu itu, namun beda halnya dengan anak-anak diaspora Indonesia yang lahir dan besar di negeri Paman Sam. Pasalnya, bahasa ibu mereka rata-rata adalah bahasa Inggris.

Ayra Malik, 4 tahun, mengaku puas dengan penampilannya di atas panggung.

“Karena semuanya bernyanyi dengan bagus,” kata gadis cilik itu dalam bahasa Inggris kepada VOA.

Katherine Pandy, 12 tahun, mengaku sempat kesulitan mempelajari lagu-lagu daerah karena kendala bahasa (foto: VOA)

Katherine Pandy, 12 tahun, mengaku sempat kesulitan mempelajari lagu-lagu daerah karena kendala bahasa (foto: VOA)

Sementara Katherine Pandy, 12 tahun, mengaku sempat kesulitan mempelajari lagu-lagu tersebut karena kendala bahasa.

“Belajar nyanyinya cukup sulit, karena saya tidak terlalu fasih. Butuh waktu 5 minggu bagi saya untuk memahami lagu-lagu itu, tapi setelahnya semuanya terasa cukup mudah,” ujarnya dalam bahasa Inggris.

Meski demikian, partisipasinya dalam aubade itu membuat ia semakin menghargai akar budayanya di Indonesia – persis apa yang diharapkan Meirina Hutabarat ketika memutuskan untuk melatih anak-anak tersebut. Meski “susah-susah gampang,” ia bangga dengan pencapaian anak-anak itu.

Aubade anak-anak diaspora Indonesia di AS menyanyikan 3 lagu kebangsaan dan 15 lagu daerah usai upacara peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI (foto: VOA).

Aubade anak-anak diaspora Indonesia di AS menyanyikan 3 lagu kebangsaan dan 15 lagu daerah usai upacara peringatan HUT ke-77 Kemerdekaan RI (foto: VOA).

“Nggak panjang-panjang lagu daerahnya, tapi saya pikir anak-anak perlu tahu bahwa Indonesia itu kaya dengan lagu-lagu Indonesia dengan segala macam budaya. Dari 15 lagu daerah itu kan 15 bahasa ya, plus bahasa Indonesia, jadi 16 bahasa yang mereka pelajari, [meski] sedikit. Mereka juga kaget, tapi mereka berhasil melakukannya,” kata Meirina, yang ditemui setelah upacara.

Rebutan Jadi Peserta Upacara

Peringatan Hari Ulang Tahun ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia di Washington DC, AS, cukup berbeda dengan tahun lalu. Setelah selama dua tahun sebelumnya perayaan 17 Agustus dilakukan secara terbatas, tahun ini masyarakat diaspora Indonesia kembali diundang untuk menghadiri upacara bendera di Wisma Indonesia, kediaman Duta Besar RI untuk AS, di Washington, DC.

Total sebanyak 150 orang menghadiri upacara tersebut. Mereka sebelumnya harus mendaftarkan diri kepada pihak Kedutaan Besar RI sambil menunjukkan bukti vaksinasi penuh.

Upacara bendera dilakukan di halaman Wisma Tilden di Washington DC, kediaman duta besar RI untuk AS (foto: VOA)

Upacara bendera dilakukan di halaman Wisma Tilden di Washington DC, kediaman duta besar RI untuk AS (foto: VOA)

Naftali Sitompul, yang sudah delapan tahun menetap di Amerika, adalah salah satu diaspora Indonesia yang berhasil mendaftar.

“Langsung [daftar]. Aku dikirimi linknya sama teman saya. Terus aku langsung klik, daftar, tapi sold outnya cepat banget,” ungkapnya.

Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani bertindak sebagai Inspektur Upacara pada upacara 17 Agustus 2022 (foto: VOA)

Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani bertindak sebagai Inspektur Upacara pada upacara 17 Agustus 2022 (foto: VOA)

Sementara Siti Yudiarti, yang asli Makassar dan tengah mengikuti program pertukaran pelajar di Amerika selama sebulan terakhir, mengaku senang bisa bertemu dengan sesama diaspora Indonesia pada upacara tersebut. Pasalnya, ia tengah didera perasaan home sick, alias rindu berat dengan kampung halaman.

“Setidaknya nggak cuma [bertemu] teman-teman dari Indonesia yang sekampus, tapi bisa lihat orang-orang Indonesia [lainnya], rasanya seakan “OK, I’m home now,” ungkapnya.

Rangkaian Kemeriahan 17-an di Kenormalan Baru

Sebelum upacara bendera Rabu (17/8) pagi, sejak beberapa pekan sebelumnya, KBRI Washington DC menggelar serangkaian acara untuk menyambut HUT ke-77 Kemerdekaan RI. Dari pertandingan bulu tangkis, tenis meja, bowling, sepeda santai, hingga pawai “Cantik Berkebaya,” yang diikuti sekitar 200 diaspora Indonesia, untuk mendukung kampanye “Kebaya Goes to UNESCO” dengan gol mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya tak benda ke badan budaya PBB itu.

Rangkaian acara tersebut sempat ditiadakan pada tahun 2020 dan 2021 ketika pandemi COVID-19 di AS masih belum terkendali.

Setelah upacara Rabu siang, Duta Besar RI untuk AS Rosan Roeslani langsung menjamu peserta upacara dan para tamu dengan hidangan khas Indonesia. Pada acara itu, sebagian besar orang hadir tanpa mengenakan masker.

Patut dicatat, di Amerika sendiri, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) memang tidak mewajibkan penduduk AS untuk memakai masker. Selain itu, baru-baru ini, CDC juga mengubah protokol kesehatan terkait COVID-19. Kini masyarakat tak lagi harus menjalani karantina apabila berkontak dengan kontak erat COVID-19 dan tak lagi harus melakukan jaga jarak sosial (social distancing).

Rencananya, kedutaan besar juga akan menyelenggarakan bazar dan panggung gembira pada Minggu, 21 Agustus 2022 – acara tahunan yang selama dua tahun terakhir ditunda akibat pandemi. Acara tersebut menjadi tempat diaspora Indonesia di kawasan Washington DC dan sekitarnya untuk berkumpul, berbelanja kuliner khas tanah air hingga menikmati hiburan khas Indonesia, di mana tahun ini anggota DPR RI sekaligus bintang pop Krisdayanti didapuk untuk mengisi acara. [rd/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.