Kematiannya memicu kemarahan, di mana Otoritas Palestina menuduh ia ditembak dengan sengaja dalam apa yang dinilai sebagai kejahatan perang – tuduhan yang dibantah keras oleh Israel, sekutu dekat AS yang akan dikunjungi Presiden AS Joe Biden dalam dua minggu.

Koordinator Keamanan AS (USSC), yang mengarahkan bantuan keamanan kepada Otoritas Palestina yang berkoordinasi dengan Israel, mengatakan bahwa kedua belah pihak memberikan akses penuh ke penyelidikan mereka sendiri selama beberapa minggu terakhir.

“Dengan merangkum kedua penyelidikan, USSC mengimpulkan bahwa tembakan dari posisi IDF kemungkinan bertanggung jawab atas kematian Shireen Abu Akleh,” kata Kementerian Luar Negeri AS, merujuk pada Pasukan Pertahanan Israel.

“USSC tidak menemukan alasan untuk meyakini bahwa penembakan itu disengaja, melainkan akibat keadaan tragis selama operasi militer yang dipimpin IDF terhadap faksi Jihad Islam Palestina,” kata kementerian.

“Kami akan tetap berkomunikasi dengan Israel dan Otoritas Palestina untuk langkah selanjutnya dan mendesak pertanggungjawaban. Kami sekali lagi menyampaikan belasungkawa terdalam kami kepada keluarga Abu Akleh,” kata kementerian dalam pernyataan tertanggal 4 Juli 2022.

Keluarga Tidak Percaya

Keluarga mendiang Abu Akleh mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa “tidak dapat dipercaya” pemeriksaan itu tidak bisa menentukan senjata siapa yang menembakkan peluru yang membunuh sang wartawan.

“Kami akan terus mengadvokasi keadilan untuk Shireen dan meminta pertanggungjawaban militer dan pemerintah Israel, tidak peduli upaya apa pun yang dilakukan untuk mengaburkan kenyataan dari apa yang terjadi pada 11 Mei lalu,” ungkap pernyataan itu.

Pejabat senior Palestina Hussein Al Sheikh mengutuk upaya untuk “menyembunyikan kebenaran” mengenai kematian Abu Akleh. Melalui Twitter, ia menulis bahwa tidak boleh ada “referensi malu-malu dalam menuding Israel.”

Jaksa Agung Otoritas Palestina, Akram Al-Khatib, mengatakan kepada AFP hari Sabtu (2/7) bahwa peluru itu diserahkan kepada pakar forensic AS – bukan Israel – dengan syarat tidak akan dimodifikasi dan akan dikembalikan.

Namun pernyataan tentara Israel mengatakan bahwa pakar Israel lah yang memeriksa peluru itu di sebuah laboratorium di negaranya, ketika di saat yang sama Kemenlu AS menyatakan bahwa proses tersebut melibatkan “pemeriksa dari pihak ketiga yang independen.”

Israel telah secara terbuka menuduh pihak Palestina menghalangi penyelidikan dengan tidak menyerahkan peluru – sementara Palestina juga takut Israel akan menutupi setiap penyelidikan yang dipimpinnya. [rd/jm]

Artikel ini bersumber dari www.voaindonesia.com.