RedaksiHarian – Rusia secara bertahap mengurangi jumlah personel di pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia yang mereka duduki di Ukraina selatan, kata badan intelijen militer Ukraina pada Jumat.

Badan tersebut tidak menyebutkan alasan mengapa beberapa orang pergi, dan Reuters tidak dapat memverifikasi informasi itu secara independen.

Rusia, yang menduduki pembangkit itu sejak Maret 2022, belum mengomentari pernyataan tersebut.

Kiev menuding Rusia merencanakan serangan “teroris” pada bulan ini di pembangkit nuklir yang melibatkan pelepasan radiasi. Moskow membantah tudingan tersebut.

“Menurut data terbaru, rombongan pendudukan secara bertahap meninggalkan wilayah pembangkit listrik tenaga nuklir Zaporizhzhia,” kata Direktorat Utama Intelijen di Kementerian Pertahanan (GUR) melalui aplikasi pesan Telegram.

GUR mengatakan bahwa di antara rombongan yang pertama meninggalkan PLTN tersebut termasuk tiga karyawan perusahaan nuklir negara Rusia Rosatom yang “bertanggung jawab atas aktivitas Rusia.”

Mereka mengatakan karyawan Ukraina yang telah menandatangani kontrak dengan Rosatom juga disarankan untuk pergi. Para karyawan harus pergi paling lambat 5 Juli, kata mereka, dan disarankan pergi ke Semenanjung Krimea, yang Rusia rebut dari Ukraina pada 2014.

GUR mengatakan jumlah patroli militer juga secara bertahap berkurang di wilayah pembangkit yang luas dan di Kota Enerhodar di dekatnya, sementara personel yang tersisa diberi tahu untuk menyalahkan Ukraina “jika ada situasi darurat.”

Ukraina pada Kamis melakukan latihan tanggap bencana nuklir di sekitar pembangkit tersebut.

Kiev dan Moskow saling menuding menembaki kompleks PLTNZaporizhzhia, yang terbesar di Eropa.

Ukraina, yang saat itu bagian dari Uni Soviet, mengalami kecelakaan nuklir terburuk di dunia pada 1986 di PLTNChernobyl.

Sumber: Reuters