RedaksiHarian – Anggota Komisi VI DPR RI Intan Fauzi mengapresiasi produksi minyak dan gas (migas) PT Pertamina Hulu Energi (PHE).
“Capaian PHE sangat menggembirakan, meski kita tahu proses yang dilalui tidaklah mudah,” katanya di Jakarta, Senin.
Menurut dia, laporan PHE tercatat pertumbuhan positif dengan berkontribusi pertumbuhan produksi migas sebesar 7 persen berbanding tahun lalu serta laba bersih sebesar 4,67 miliar dolar AS pada tahun 2022.
Intan menyatakan PHE selaku “Subholding Upstream” berperan sebagai kontributor utama produksi migas nasional. Tercatat PHE memberikan kontribusi sebesar 68 persen produksi minyak nasional dan 34 persen produksi gas nasional.
Intan Fauzi merujuk data Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) di mana bauran komposisi energi akan berubah perlahan hingga tahun 2050. Energi baru terbarukan (EBT) diperkirakan akan mendominasi kebutuhan energi nasional.
“Volume kebutuhan akan energi fosil pun akan terus meningkat sehingga PHE sebagai kontributor utama harus konsisten menjalankan proses bisnis secara berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi nasional,” jelasnya.
Untuk memenuhi kebutuhan energi nasional, katanya,PHE telah menjalankan tiga strategi utama. Pertama untuk melawan laju penurunan alamiah di wilayah kerja “eksisting”, PHE melakukan pengeboran sumur pengembangan, dan perawatan sumur.
Strategi kedua, PHEmelakukan pengeboran sumur eksplorasi mencari potensi cadangan baru untuk menjaga keberlanjutan bisnis. Dalam strategi terakhir, PHE menjalankan akuisisi di wilayah kerja baru dengan bekerja sama melalui partner dan melakukan ekspansi.
Selanjutnya, lanjut Intan Fauzi, dalammendukung “Green Strategy” PT Pertamina (Persero), PHEberupaya melakukan berbagai program dekarbonisasi. Salah satunya melalui pemanfaatan sumber energi gas sebagai energi transisi yang rendah emisi dan ramah lingkungan.
Hal ini tercermin dari proyek gas yang telah diresmikan Wakil Presiden Republik Indonesia pada tahun 2022, yaitu Proyek Strategis Nasional Pengembangan Lapangan Unitisasi Jambaran-Tiung Biru (JTB) di Jawa Timur dan temuan potensi cadangan gas melalui pengeboran sumur eksplorasi di beberapa wilayah Indonesia.
Menurut dia, seluruh strategi yang dijalankan memiliki kebutuhan pendanaan yang tidak sedikit sehingga PHE perlu mendapatkan dukungan dari berbagai aspek, di antaranya pendanaan dan langkah-langkah investasi yang transparan agar kegiatan
operasional bisa berjalan lancar untuk menjaga ketahanan energi nasional.
“Saat ini, negara kita merupakan negara net importir minyak di mana produksi minyak dalam negeri belum bisa memenuhi kebutuhan minyak nasional sehingga diperlukan komitmen pemenuhan target produksi minyak nasional,” jelas Intan.