RedaksiHarian – Ahli sejarah dan filologi dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran Dr.Elis Suryani Nani Sumarlina mengungkapkan isi naskah-naskah Sunda kuno perihal perawatan dan pengasuhan anak.

Elis menyampaikan, narasi tentang pencegahan masalah kesehatan anak seperti stuntingtertuang dalam naskah-naskah Sunda, yang meliputi naskah kuno(bihari), masa peralihan/klasik (kamari),dan masa kini (kiwari).

Di Bandung, Jawa Barat, Senin, dia mencontohkan bahwa naskahSanghyang Titisjati Pralina menjelaskan tata cara perawatananak sejak masih berada di dalam kandungan.

“Salah satunya agar kondisi di mana tinggi badan seorang anak tidak pendek dibanding tinggi badan orang lain seusianya, dalam arti agar anak tidak gagal tumbuh kembang,” katanya.

Menurut dia, di antara naskah Sunda ada yang menjelaskan tentang cara perawatan anak sejak dalam kandungan serta adat dan tradisi yang mengiringi sepertipemijatan ibu dan bayi setelah persalinan dan pemanfaatan tanaman obat keluarga pada bayi yang sakit.

Proses perawatan tersebut, ia melanjutkan, pada dasarnya dilakukan agar ibu dan bayi senantiasa dalam keadaan sehat sejak masa kehamilan sampai setelah kelahiran.

Elismenyampaikan bahwa naskah Sunda kuno juga ada yang memuat penjelasan mengenaijenis, fungsi, dan cara pengolahan tanaman obat serta tindakan pengobatan pada ibu dan bayiyang dilakukan oleh dukun.

Naskah yang memuat informasi mengenai upaya pengobatan, menurut dia, di antaranya berjudulJampe Keur Kakandungan, Jampé Tujuh Bulan, Ngajampé nu Kakandungan, Jampé ngalahirkeun, Jampé Orok Medal, Jampé Motong Tali Ari-Ari, Jampé Ngaranan Orok, Jampé Kandungan nu Elat Lahir, Jampé Tampek, Jampé Lamun Orok Ceurik baé, Jampé Lamun Orok Harééng, Jampé Meuseul Orok, danJampé Nyeri Beuteung.Menurut Elis, informasi mengenai caramerawat dan mengasuh anak yang tertuang dalam naskah-naskah Sunda masih bisa menjadi salah satu referensi dalam upaya mewujudkan generasi yang sehat.

“Ini setidaknya dapat menjadi referensi literasi untuk generasi muda di zaman teknologi canggih saat ini, yang akan berperan menjadi ibu, sebagai garda terdepan dalam pendidikan informal, dalam upaya mengurus, membimbing, mendidik, mengasuh anak, agar sehat dan kuat,” katanya.