RedaksiHarian – Calon pengantin Hindu di Kota Denpasar, Bali, digembleng praktik keterampilan ngayah banjar atau tradisi saling membantu dengan ikhlas untuk kegiatan adat dan agama.
Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara di Denpasar, Minggu, mengatakan kegiatan pelatihan tersebut memiliki banyak manfaat, terlebih Kota Denpasar yang dikenal sebagai Kota Kreatif Berbasis Budaya.
“Kegiatan ini sangat positif untuk mempersiapkan calon pengantin yang mapan secara mental dan emosional sehingga tetap kukuh menjaga tradisi dan benar-benar siap menjalani bahtera rumah tangga,” ujar Jaya Negara saat menghadiri workshop pra-perkawinan Hindu itu.
Menurut dia, kegiatan pelatihan itu penting untuk mempersiapkan calon pengantin Hindu karena mengingat Bali yang identik dengan tradisi dan budayanya harus terus dilestarikan.
Terlebih budaya gotong royong, menyama braya (persaudaraan) dan ngayah banjar yang masih dijumpai saat ini.
“Tentu kami apresiasi kepada semua peserta yang telah mengikuti kegiatan ini,” kata Jayanegara pada acara yang digelar oleh Yayasan Sarwa Sukhinah Bhawantu bersama Kementerian Agama RI dan WHDI Kota Denpasar tersebut.
Dalam acara peserta pria langsung praktik ngulat (membuat ulatan) kelangsah, dan membuat atau ngilit sate, dan ngelawar (membuat lawar).
Sementara peserta wanita turut praktik ngulat tipat, membuat canang dari dan membuat sodaan. Seluruh rangkaian pelaksanaan praktik diakhiri dengan persembahyangan bersama yang dilanjutkan dengan megibung (makan bersama) sebagai salah satu tradisi Bali.
Tak hanya itu, Wakil Wali Kota Denpasar I Kadek Agus Arya Wibawa yang turut hadir tampak memimpin langsung praktik ngelawar (membuat lawar)
Arya Wibawa mengatakan mebat atau ngelawar merupakan salah satu tradisi yang masih ajeg (kokoh) di Bali. Ngelawar identik kita jumpai saat Penampahan Galungan dan ngayah banjar.
Oleh karena itu melalui praktik ngelawar ini diharapkan mampu menjadi bekal bagi calon pengantin kelak saat bersosialisasi di masyarakat.
“Saya kira ini sangat bagus, laki-laki Bali hendaknya bisa ngelawar. Tidak hanya itu, bidang lainya seperti ngulat kelangsah, ngilit sate, ngebek sate dan lainya juga penting untuk dipelajari sebagai jati diri orang Bali,” ujarnya.
Ketua Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) Kota Denpasar Sagung Antari Jaya Negara mengatakan kegiatan ini merupakan hal positif yang perlu diapresiasi.
“Persiapan pernikahan tentunya meliputi banyak aspek di antaranya persiapan mental, sosial, finansial, dan sebagainya,” ujar Sagung Antari yang juga istri Wali Kota Denpasar itu.
Menurut dia, sebagai hal bermanfaat bagi para calon pengantin untuk mendapatkan gambaran tentang perkawinan.
Ketua Yayasan Sarwa Sukhinah Bhawantu Ida Ayu Alit Maharatni menjelaskan peserta workshop diberikan beragam materi.
Diantaranya materi psikologi perkawinan dan keluarga, kesiapan finansial, pemeriksaan kesehatan oleh Puskesmas II Denbar, perkawinan dalam tinjauan hukum serta perkawinan sebagai pondasi keluarga dari sudut pandang agama hingga kegiatan ngayah banjar hari ini.
Dayu Maharatni menyampaikan kegiatan workshop pra-perkawinan Hindu merupakan kelanjutan dari sosialisasi pada tanggal 28 Mei 2023 dan akan dilanjutkan dengan menyempurnakan modul untuk calon fasilitator yang akan bergerak bersama mengawal calon pengantin Hindu.
“Ke depan dengan menggandeng desa adat, dinas terkait serta organisasi profesi, kegiatan ini diharapkan dapat terus mendukung serta melahirkan generasi muda yang sukhinah bhawantu, keluarga yang bahagia dan sejahtera,” ucapnya.
Selain itu diharapkan dapat terlahir anak yang suputra, sehat mental dan fisik sehingga meminimalisasi gangguan kesehatan seperti stunting.