redaksiharian.com – Bursa utama Amerika Serikat (AS) Wall Street bergerak tak kompak menjelang pengumuman kebijakan bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed)
Pada awal perdagangan hari ini, Rabu (14/6/2023), indeks Dow Jones melemah 0,45% ke posisi 34.056,7.Indeks Nasdaq menguat 0,01% ke posisi 13.574,62 sementara indeks S&P 500 terapresiasi 0,05% ke posisi 4.371,81.
Tak kompaknya bursa Wall Street berbanding terbalik dengan penutupan perdagangan kemarin di mana ketiga bursa berpesta pora.Pada penutupan perdagangan Selasa (13/6/2023), indeks Dow Jones menguat 0,43%, indeks Nasdaq menanjak 0,83% sementara indeks S&P 500 terapresiasi 0,69%.Posisi penutupan indeks S&P dan Nasdaq kemarin merupakan yang tertinggi dalam 13 bulan terakhir atau sejak April 2022.
Pelaku pasar tengah menunggu hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang akan keluar dalam beberapa jam lagi. The Fed akan mengumumkan kebijakan pada hari ini atau Kamis dini hari waktu Indonesia.
The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 500 bps dalam 10 pertemuan beruntun sejak Maret tahun lalu menjadi 5-5,25%.Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas sebesar 97,9% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% – 5,25%.Artinya, market sudah hampir yakin sepenuhnya mengenai melunaknya The Fed.Probabilitas ini naik tajam dibandingkan pada sehari sebelumnya yang hanya 76%.
Pasar semakin optimis jika The Fed akan mengakhiri kenaikan suku bunga pada malam ini setelah data ekonomi AS terus menunjukkan jika ekonomi AS melandai, terutama inflasi AS dan Indeks Harga Produsen (IPP).
Malam ini, AS baru saja mengumumkan jika IPP pada Mei tahun ini anjlok ke 1,1% (year on year/yoy), rekor terendahnya sejak Desember 2020 atau 2,5 tahun terakhir. IPP juga di bawah ekspektasi pasar yang berada di angka 2,9% (yoy).
Secara bulanan (month to month/mtm), IPP terkontraksi 0,3% pada Mei 2023. Hal ini berbanding terbalik dengan April di mana IPP masih naik 0,2% (mtm).Melemahnya IPP disebabkan oleh anjloknya harga barang, terutama harga bensin dan makanan. Harga bahan bakar lain, telur ayam, bahan bakar pesawat, dan sayur-sayuran kering juga turun.
Harga barang terkoreksi 1,6%, rekor terendahnya sejak Juli 2022.Berbeda dengan harga barang, harga jasa masih naik 0,2% (mtm). Kenaikan disebabkan oleh makin mahalnya biaya jasa untuk ritel spare parts kendaraan.
Melemahnya IPP menegaskan sinyal jika ekonomi AS tengah melambat.Pada Selasa (13/6/2023), AS juga mengumumkan jika inflasi AS melambat ke 4,0 % (yoy) pada Mei 2023, dari 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir.Inflasi Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar (4,1%).
Secara bulanan (mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April.Sementara itu, inflasi inti-di luar kelompok volatile- tercatat 5,3% (yoy) yang merupakan rerkor terendah sejak November 2021.
Melemahnya IPP dan inflasi umum semakin meningkatkan ekspektasi pasar jika bank The Fed akan segera mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.
CNBC INDONESIA RESEARCH
research@cnbcidonesia.com