redaksiharian.comJakarta, CNBC Indonesia – Bursa Asia-Pasifik ditutup bervariasi pada perdagangan Rabu (14/6/2023), di mana investor menanti sikap bank sentral Amerika Serikat (AS) terkait kebijakan suku bunga acuan berikutnya.

Indeks Nikkei 225 Jepang ditutup melonjak 1,47% ke posisi 33.502,398, Straits Times Singapura melesat 0,9% ke 3.218,14, dan ASX 200 Australia menguat 0,32% ke 7,161.7.

Namun, untuk indeks Hang Seng Hong Kong ditutup melemah 0,58% ke 19.408,42, Shanghai Composite China turun 0,14% ke 3.228,99, KOSPI Korea Selatan merosot 0,72% ke 2.619,08, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berakhir terkoreksi 0,29% menjadi 6.699,72.

Kemarin dari China, bank sentral (People’s Bank of China/PBoC) secara mengejutkan memangkas suku bunga seven-day reverse repurchase rate sebesar 10 basis poin (bp) menjadi 1,9%. Pelonggaran kebijakan moneter ini menjadi yang pertama dilakukan PBoC sejak Agustus tahun lalu.

Penurunan suku bunga tersebut membuat PBoC menambah likuiditas sebesar dua miliar yuan (US$ 279,97 juta) ke perekonomian. Langkah mengejutkan tersebut sekaligus membuktikan perekonomian China sedang tidak baik-baik saja. Bahkan, ke depannya suku bunga acuan jangka menengah diperkirakan akan kembali dipangkas.

Banyak yang melihat China tidak bisa lagi mencapai pertumbuhan ekonomi dobel digit, bahkan rata-rata jangka panjang diperkirakan hanya 4%.

Meski begitu, ada kabar baik datang dari AS, di mana inflasi pada periode Mei 2023 terpantau turun cukup signifikan dan membuat pasar global cenderung optimis bahwa bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) bakal melunak.

Inflasi AS tercatat 4,0 % secara tahunan (year-on-year/yoy) pada Mei 2023, dari sebelumnya sebesar 4,9% (yoy) pada April. Inflasi tersebut adalah yang terendah sejak Maret 2021 atau lebih dari dua tahun terakhir.

Inflasi Mei juga lebih rendah dari ekspektasi pasar (4,1%).

Sedangkan secara bulanan (month-to-month/mtm), inflasi AS juga melemah ke 0,1% pada Mei tahun ini, dari 0,4% pada April.

Sementara itu, inflasi inti, di luar kelompok volatil, tercatat 5,3% (yoy) yang merupakan rekor terendah sejak November 2021.

Inflasi yang turun tajam ini tak pelak langsung meningkatkan ekspektasi pasar mengenai segera melunaknya The Fed.

The Fed tengah menggelar rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada hari ini dan akan mengumumkan kebijakan suku bunga pada Rabu siang waktu AS atau Kamis dini hari waktu Indonesia.

The Fed sudah mengerek suku bunga acuan sebesar 500 bp dalam 10 pertemuan beruntun sejak Maret tahun lalu menjadi 5-5,25%.

Berdasarkan perangkat FedWatch milik CME Group, pasar kini melihat probabilitas sebesar 91,9% The Fed akan mempertahankan suku bunga acuannya di 5% – 5,25%.

Artinya, pasar sudah hampir yakin sepenuhnya mengenai melunaknya The Fed. Probabilitas ini naik tajam dibandingkan pada sehari sebelumnya yang hanya 76%.

CNBC INDONESIA RESEARCH