redaksiharian.com – Akademisi sekaligus pegiat media sosial ( medsos ) Ade Armando mengaku tidak dibayar oleh siapa pun untuk membela Presiden Joko Widodo di media sosial.
“Itu semua sukarela, bersih, enggak pernah ada dibayar saya sedikit pun oleh mereka itu, enggak ada. Oleh pemerintah? Oleh rezim? Atau oleh kubu Jokowi, PDI-P dan seterusnya? Ya enggak lah,” kata Ade dalam acara Gaspol! Kompas.com , Kamis (8/6/2023).
Ade mengatakan, dalam membela sesuatu yang dianggap benar, seseorang tidak mungkin memikirkan bayaran yang bisa didapatkannya.
Ia mengeklaim, hal itulah yang mendasarinya bertindak vokal membela Jokowi pada Pemilihan Presiden (Pilpres) 2014 dan 2019, serta terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama pada Pilkada 2017.
Ade menyebutkan bahwa ia bukan satu-satunya orang yang vokal membela Jokowi, karena ada banyak jutaan relawan yang mendukung Jokowi.
“Saya kebetulan terkenal, kan bedanya di situ saja, barangkali karena saya mainnya di medsos, ternyata banyak yang suka dengan gaya saya berkomunikasi, sehingga orang jadi follower,” kata dia.
Kader Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini pun menilai, cap ‘buzzer’ yang dialamatkan kepadanya oleh lawan politik Jokowi karena mereka tidak menerima ada orang yang sengotot dirinya membela Jokowi.
Menurut Ade, lawan politik Jokowi itu berpikir bahwa Ade akan mendapatkan jabatan tertentu setelah mengantarkan Jokowi sebagai presiden selama dua periode.
Ia mengakui bahwa sempat ada tawaran untuk duduk di kursi pemerintahan, tetapi menolaknya.
Alasannya, Ade ingin berada di luar pemerintah supaya tetap dapat menyuarakan kritik terhadap hal-hal yang menurutnya tidak benar.
“Kita tahu bahwa di pemerintah pasti ada banyak persoalan kan, saya misalnya enggak mengkritik kementerian di mana saya berada, tapi saya harus mengkritik kementerian yang lain kan? Enggak bisa dong, capek hidup kita,” ujar Ade.