redaksiharian.com – Manajer Ambon Music Office, Piere Ajawaila mengatakan pihaknya dan Pemerintah Swedia menjajaki kolaborasi pengembangan kurikulum musik di Kota Ambon.
Gagasan kolaborasi pengembangan kurikulum musik disampaikan setelah pelaksanaan Konferensi Internasional Edukasi Seni pada tanggal 1-2 Juni 2023 di Arsenal-Metz, Prancis.
“Setelah kegiatan di Metz ada pertemuan diantara koordinator kota musik dunia yang menyatakan diantara kota musik harus ada perencanaan tentang kurikulum musik di kota musik, yakni antara Ambon dan Swedia,” katanya di Ambon, Kamis.
Ia menyatakan, upaya kolaborasi tahap awal akan dijadwalkan pertemuan, untuk melihat pengembangan kurikulum musik di Ambon akan diarahkan kemana, nantinya tim dari Swedia akan mendukung dengan tenaga ahli.
“Tahap awal kita identifikasi pengembangan kurikulum di Ambon mau diarahkan ke sistem edukasi dan Swedia akan mendukung untuk pelibatan kota lainnya,” katanya.
Ambon, katanya, memiliki sesuatu yang menarik yaitu sistem edukasi kurikulum muatan lokal berbasis musik menjadi pendidikan dasar wajib tingkat sekolah dasar dan sekolah menengah pertama di Kota Ambon.
Sistem edukasi Ambon tentu berbeda dengan kota musik lainnya, yang tidak memiliki kurikulum di sekolah tetapi anak- anak diarahkan untuk belajar di kursus musik.
“Ambon punya kelebihan karena membuat dan menyusun kurikulum secara detail, dan bukan sekedar melalui kursus kepada anak- anak,” katanya.
Salah satu terobosan untuk mempertahankan ekosistem musik pada sebuah kota musik dunia dengan kaitan lima pilar penting yang dibangun AMO, salah satunya adalah pendidikan musik.
Kurikulum tersebut, katanya, dimulai dari tingkat SD dan SMP, yakni mengajarkan alat musik etnik.
Alat musik yang ditetapkan dalam kurikulum muatan lokal untuk kelas 1-3 yakni tifa dan suling bambu, kelas 4-6 alat musik ukulele dan totobuang, sedangkan kelas 7-9 totobuang dan hawaiaan.