redaksiharian.com – Indeks Harga Saham Gabungan ( IHSG ) bergerak di zona hijau pada awal perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (9/6/2023). Demikian juga dengan mata uang garuda yang menguat pada perdagangan pasar spot.

Melansir data RTI, pukul 9.15 WIB, IHSG berada pada level 6.682,24 atau naik 15,9 poin (0,24 persen) dibanding penutupan sebelumnya pada level 6.666,33.

Sebanyak 233 saham melaju di zona hijau dan 158 saham di zona merah. Sedangkan 219 saham lainnya stagnan. Adapun nilai transaksi hingga saat ini mencapai Rp 1,16 miliar dengan volume 3,4 milar saham.

Bursa Asia pagi ini mayoritas hijau dengan kenaikan Nikkei 1,6 persen (515,19 poin) pada level 32,156,5, Hang Seng Hongkong menguat 0,04 persen (8,2 poin) pada 19.307,43, dan Shanghai Komposit yang bertambah 0,06 persen (1,8 poin) pada posisi 3.215,41. Sementara itu, Strait Times melemah 0,16 persen (5,04 poin) pada level 3.181,57.

Sebelumnya, Founder WH Project William Hartanto mengatakan, hari ini IHSG akan menguat, setelah pada perdagangan kemarin tidak terjadi perubahan signifikan pada nilai transaksi. Ini menunjukkan, IHSG sudah mencapai rata-rata transaksi harian baru pada Rp 10 triliun.

“Jika nilai transaksi ini bertahan, maka tren IHSG biasanya akan lebih solid dan tidak mudah berbalik arah. Secara teknikal, pergerakan IHSG mengkonfirmasi pola falling wedge, tersisa resistance pada 6.754 untuk target penguatan berikutnya,” kata William dalam analisisnya.

Pagi ini nilai tukar rupiah terhadap dollar AS di pasar spot menguat. Melansir Bloomberg, pukul 09.08 WIB rupiah bergerak pada level Rp 14.858 per dollar AS, atau menguat 37 poin (0,25 persen) dibanding penutupan sebelumnya di level Rp 14.895 per dollar AS.

Analis PT Sinarmas Futures Ariston Tjendra mengatakan, penguatan rupiah hari ini terjadi ditopang sentimen data klaim tunjangan pengangguran mingguan AS yang berada di atas ekspektasi. Di tengah pekan yang sepi data, hasil ini langsung ditanggapi negatif untuk dollar AS oleh pelaku pasar.

“Rupiah berpeluang berbalik menguat hari ini terhadap dollar AS karena data tenaga kerja AS yang dirilis semalam menunjukkan jumlah pengangguran yang menaik. Ini mempengaruhi ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga acuan AS,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Ariston menilai, dengan memburuknya kondisi tenaga kerja, pasar lebih condong berekspektasi bahwa the Fed mungkin akan bertahan tidak menaikan suku bunga acuannya. Di sisi lain, data ekonomi China yaitu data inflasi mungkin bisa mempengaruhi pergerakan rupiah karena China partner dagang besar Indonesia.

“Data yang menunjukkan inflasi negatif, bisa memunculkan persepsi pelambatan ekonomi di China dan ini bisa turut menekan rupiah, dan sebaliknya. Hari ini Potensi penguatan rupiah ke arah support Rp 14.850 per dollar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp 14.950 per dollar AS,” ungkap dia.

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.