redaksiharian.com – Program konversi motor listrik dari motor berbahan bakar minyak (BBM) menjadi motor listrik masih menemui sejumlah kendala walaupun sudah mendapat dukungan insentif dari pemerintah.

Triharsa Adicahya, Chief Executive Officer Spora EV , salah satu bengkel konversi mengatakan, kendala konversi saat ini ialah masyarakat masih banyak yang belum tahu dan paham soal konversi motor listrik .

” Konversi kalau menurut saya potensinya besar tapi kebanyakan orang masih belum tahu. Masyarakat itu pada belum tahu loh. Mungkin kaya kita (orang di bidangnya) tahu,” ungkap Adi kepada Kompas.com, di Kantor Kemenko Marves, awal pekan ini.

“Kami punya beberapa motor, hampir tiap hari saya pakai buat tes itu hampir semua orang tidak tahu loh. Kalau ada yang ‘ngeh’ itu mereka tanya itu motor apa, ini motor diapain. Tukang siomay, di lampu merah, macam-macam, jadi masyarakat Indonesia tidak tahu sebetulnya yang tahu baru anak motor,” ujar Adi.

Adi mengatakan, minimnya pengetahuan masyarakat mengenai motor konversi karena strategi komunikasi dari atas ke bawah yang kurang tepat sasaran.

“Menurut saya itu menceritakannya itu paling gampang bawa langsung ke masyarakat. Kan pemerintah sering bikin event di Monas atau di mana riding bareng. Nah, kalau riding bareng yang datang ialah kita-kita yang sudah tahu,” kata Adi.

“Kebayang tidak, kita kalau cerita tuh bawa ke stasiun kereta gitu, ke pasar, atau pop up, jadi dari situ masyarakat bisa lihat, bisa cobain dan rasakan yang sesungguhnya, mungkin bisa bagi tugas, misal dari Pemda, atau dari SMK,” kata dia.

Adi bercerita bahwa saat ini pihaknya sedang kerjasama dengan salah satu SMK untuk membangun motor konversi. Cara itu kata dia lebih tepat sasaran ketimbang riding bareng yang mana masyarakat jarang terlibat langsung.

“Kita di Spora EV sedang kerjasama dengan salah satu SMK, itu kan paling tidak bisa masuk ke orang-orang yang bukan captive (di luar kebiasaan) gitu loh,” kata Adi.

“Jadi kalau mau ini program (jalan), pemerintah kan punya target konversi ini besar, targetnya ialah 6 juta (unit) sepeda motor harus dikonversi sampai 2030. Nah enam juta itu kan bukan (hanya) anak motor, tapi mas, mba, bunda-bunda yang pakai, itu yang mesti sampai ke sana,” kata Adi.

Adi kemudian mempertanyakan soal target konsumen motor konversi. Sebab jika melihat target ambisius pemerintah maka tidak bisa hanya menyasar para pehobi namun juga masyarakat umum.

Sebelumnya disebutkan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), pemerintah menargetkan konversi motor konvensional menjadi motor listrik sebanyak 50.000 unit pada 2023 dan 150.000 unit di 2024.

“Jadi targetnya sebetulnya siapa sih yang mau pakai, dari enam juta ini kalau kita pilih market kan, enam juta itu siapa orangnya. Pertama misal paling mudah driver ojol, ya sudah kumpulin, (suruh) cobain,” kata Adi.