redaksiharian.com – Pendiri Twitter , Jack Dorsey resmi mundur dari Twitter sebagai Chief Executive Officer (CEO) Twitter pada November 2011 lalu. Meski telah keluar dari perusahaan, ia mengaku masih memberi dukungan dan memantau kemajuan dari perusahaan rintisannya itu.
Dalam acara Breaking Points yang ditemani host Krystall Ball dan Saagar Enjeti, Dorsey diundang untuk memberikan opininya terkait calon kandidat presiden AS yang baru, keresahannya terkait teknologi AI, dan kinerja Elon Musk selama di Twitter.
Menariknya, saat menyinggung soal kinerja Musk, Dorsey cukup banyak mencurahkan isi hatinya. Ia mengungkapkan pernah mengajak Musk bergabung menjadi dewan Twitter pada April 2022. Musk pun setuju dan akhirnya membeli Twitter.
“Elon merupakan pengguna utama kami. Dia adalah konsumen pertama kami. Ia pahan platform (Twitter) dengan baik, dia seorang ahli teknologi dan ia pun mengembangkan teknologi, jelas Dorsey dalam wawancara yang dilakukan secara online.
Kendati begitu, saat Musk mencoba melakukan akuisisi perusahaan, menjalani sejumlah proses hukum, Dorsey merasa bahwa ada sesuatu hal yang janggal. Ia mengatakan semua itu tampak makin memburuk.
Seperti yang diketahui, proses perjalanan Musk mengakuisisi Twitter cukup berliku. Mulai saling mengajukan gugatan antara pihak Twitter dan pengacara Musk, ancaman Musk untuk mundur setelah menandatangani kontrak, Musk merasa Twitter tidak memberikan transparansi data, dan masih banyak lagi.
Lantas, ketika menyadari bahwa dirinya bakal mengalami kerugian di meja hijau, alias pengadilan, Musk mendadak menyelesaikan pembeliannya dengan cepat. Terakhir, saat resmi menjadi CEO, Musk pun mem-PHK (pemutusan hubungan kerja) ribuan karyawan Twitter.
“Saya pikir saat mengatur dinamika perusahaan, dia (Musk) tampak sangat buru-buru, ia menjadi tidak sabar, bergerak sebisa dan secepat mungkin (memperkenalkan) fitur yang belum dipikirkan secara matang,” ungkap Dorsey.
Dorsey juga mengungkapkan apa yang dilakukan Twitter selama ini tampak sembrono. Walau memang tidak menyebut fitur yang dimaksud secara spesifik, fitur yang diperkenalkan Twitter sejauh ini salah satunya adalah berlangganan lencana biru di Twitter Blue.
Sementara itu, Twitter juga dilaporkan berencana untuk mengembangkan layanan video streaming (siaran langsung) dan produk langsung di aplikasi. Musk sempat menguji coba fitur tersebut di Twitter Space.
Kemudian, saat ditanya pertanyaan “Apakah Musk menjadi pilihan terbaik untuk menjadi CEO Twitter ?”. Dengan lantang, Dorsey menjawab tidak, sebagaimana dikutip KompasTekno dari Business Insider, Kamis (15/6/2023).
“Tidak. Bukan karena saya pikir dia telah melakukan hal yang baik setelah menyadari cara pengelolaan waktunya buruk. Bukan juga ketika saya mengajaknya menjadi dewan (Twitter) yang mengarahkan kepada penjualan. Semua proses berjalan memburuk,” ujar Dorsey.
Kendati demikian, Dorsey menunjukkan dukungannya terhadap CEO Twitter yang baru, Linda Yaccarino. Ia merupakan mantan Kepala Periklanan dan Kemitraan Global di NBCUniversal dan sudah mulai bekerja di Twitter pada Senin (12/6/2023) lalu.
“Saya memiliki kepercayaan diri bahwa ia (Musk) bisa mencari jalan keluar. Saya juga yakin dengan pilihan CEO Twitter barunya. Saya memiliki tiga persen kepemilikan di perusahaan ini, tentunya saya akan mendukung,” pungkas Dorsey.