redaksiharian.com – Nasi merupakan makanan pokok bagi miliaran orang di Asia dan Afrika. Ini juga merupakan bahan serbaguna untuk banyak hidangan dari seluruh dunia, termasuk dolmades dari Yunani, risotto dari Italia, paella dari Spanyol, dan puding nasi dari Inggris.

Namun, ternyata masih banyak perdebatan di dapur soal perlu tidak mencuci atau membilas beras sebelum dimasak.

Pakar kuliner mengklaim beras yang sudah dicuci mengurangi jumlah pati yang berasal dari butiran beras. Hal ini dapat dilihat pada air bilasan yang keruh. Menurut penelitian, itu merupakan pati bebas (amilosa) pada permukaan gabah yang dihasilkan dari proses penggilingan.

Di kalangan koki, mencuci dianjurkan untuk beberapa bahan biji-bijian yang terpisah. Namun, untuk hidangan lain seperti risotto, paella, dan puding nasi, yang membutuhkan efek lengket dan lembut, sebaiknya pencucian beras dihindari.

Faktor-faktor lain, seperti jenis beras, tradisi keluarga, peringatan kesehatan setempat, waktu, dan upaya yang diperlukan akan mempengaruhi apakah orang mencuci beras sebelum memasak.

Mengutip IFL Science, sebuah studi baru-baru ini membandingkan efek pencucian terhadap kelengketan dan tingkat kekerasan tiga jenis beras berbeda. Ketiga jenis tersebut adalah beras ketan, beras berbulir sedang, dan beras melati. Beras yang berbeda ini tidak dicuci sama sekali, dicuci tiga kali dengan air, atau dicuci sepuluh kali dengan air.

Berlawanan dengan yang dikatakan koki, penelitian ini menunjukkan bahwa proses pencucian tidak berpengaruh pada lengket atau kerasnya nasi.

Sebaliknya, para peneliti menunjukkan bahwa kelengketan itu bukan karena pati permukaan (amilosa), melainkan pati berbeda yang disebut amilopektin yang terlepas dari butiran beras selama proses pemasakan. Jumlah yang tercuci berbeda pada tiap jenis beras.

Dapat disimpulkan, varietas beraslah -bukan mencuci- yang penting untuk tingkat kelengketannya. Pada penelitian ini, beras ketan menjadi yang paling lengket, sedangkan beras medium dan beras melati kurang lengket.

Secara tradisional, beras dicuci untuk membilas debu, serangga, batu-batu kecil dan serpihan kulit yang tersisa dari proses penggilingan beras. Ini mungkin masih penting dilakukan untuk beberapa wilayah di dunia yang pemrosesannya kurang teliti. Selain itu, pencucian beras juga dapat memberikan ketenangan pikiran bagi sebagian besar masyarakat.

Baru-baru ini banyaknya penggunaan plastik dalam rantai pasokan makanan. Mikroplastik ditemukan dalam makanan kita sehari-hari, termasuk beras. Proses pencucian telah terbukti membilas hingga 20% plastik dari beras mentah.

Studi yang sama ini menemukan bahwa terlepas dari kemasan (plastik atau kantong kertas) tempat Anda membeli beras, kandungan mikroplastiknya sama.

Para peneliti juga menunjukkan plastik dalam nasi instan (pra-masak) ditemukan empat kali lipat lebih tinggi daripada nasi mentah. Jika Anda membilas beras instan terlebih dahulu, Anda dapat mengurangi plastik hingga 40%.

Beras juga diketahui mengandung kadar arsenik yang relatif tinggi, karena tanaman menyerap lebih banyak arsenik saat tumbuh.

Mencuci beras telah terbukti menghilangkan sekitar 90% arsenik yang dapat diakses secara hayati, tetapi juga menghilangkan sejumlah besar nutrisi lain yang penting bagi kesehatan kita, termasuk tembaga, besi, seng, dan vanadium.

Bagi sebagian orang, nasi memberi asupan nutrisi harian mereka dan karena mencuci atau membilasnya akan berdampak kecil pada kesehatan mereka. Tetapi untuk populasi yang mengonsumsi beras yang dicuci bersih dalam jumlah besar setiap hari, hal itu dapat memengaruhi nutrisi secara keseluruhan.

Studi lain mengamati logam berat lainnya, timbal dan kadmium, selain arsenik, ditemukan bahwa mencuci beras menurunkan kadar kandungan tersebut antara 7-20%. Organisasi Kesehatan Dunia telah memperingatkan risiko paparan arsenik dari air dan makanan.

Kadar arsenik dalam beras bervariasi tergantung di mana ia ditanam, kultivar beras, dan cara memasaknya. Saran terbaik tetap cuci beras Anda terlebih dahulu dan pastikan Anda mengonsumsi berbagai biji-bijian.

Studi pada tahun 2005 menemukan bahwa tingkat arsenik tertinggi ada di Amerika Serikat. Namun penting untuk diingat bahwa arsenik juga terdapat dalam makanan lain termasuk produk yang terbuat dari beras (kue, kerupuk, biskuit dan sereal), rumput laut, makanan laut dan sayuran.

Mencuci beras tidak akan berpengaruh pada kandungan bakteri pada nasi yang dimasak, karena suhu memasak yang tinggi akan membunuh semua bakteri yang ada.

Yang perlu diperhatikan adalah berapa lama Anda menyimpan nasi atau nasi yang sudah dicuci pada suhu ruangan. Menanak nasi tidak membunuh spora bakteri dari patogen bernama Bacillus cereus.

Jika nasi basah atau nasi disimpan pada suhu ruangan, ini dapat mengaktifkan spora bakteri dan mulai tumbuh. Bakteri ini kemudian menghasilkan racun yang tidak dapat dinonaktifkan dengan memasak atau memanaskan kembali. Racun ini dapat menyebabkan penyakit gastrointestinal yang parah.

Jadi, pastikan Anda menghindari menyimpan nasi yang sudah dicuci atau dimasak pada suhu ruangan terlalu lama.