redaksiharian.com – di Sao Paolo, Brasil menggagas inovasi unik terkait layanan terapi .

Klinik tersebut menggunakan dan berbagai jenis reptil lainnya untuk dijadikan media terapi kesehatan bagi .

Andrea Ribeiro, sang terapis mengungkapkan bahwa metode terapi tak biasa ini bisa memberikan dampak signifikan bagi orang dengan kebutuhan khusus.

” Ular yang kami gunakan bisa membantu proses berbicara dan daya ingat,” katanya seperti dilansir Khaleej Times.

Ribeiro telah menggunakan dan meneliti efektivitas dari terapi ini selama satu dekade terakhir di pusat perawatan itu.

Bahkan tidak cuma ular , beberapa lainnya juga dapat membantu seperti kadal, kura-kura dan jacare, sejenis buaya asli Amerika Latin yang cukup banyak ditemukan di Brasil, termasuk hutan Amazon.

Meski pengobatan ini belum terbukti secara ilmiah, namun terapi menggunakan atau reptil dari klinik tersebut diyakini bisa membantu pasien disabilitas merasa rileks, melatih keterampilan motorik, hingga mengurangi kecemasan.

“Secara medis ketika orang melakukan kontak dengan hewan, hal itu bisa melepaskan neurotransmiter seperti serotonin dan beta-endorphin yang memberikan rasa tenang dan nyaman,” kata Ribeiro.

Sebelum menggunakan ular dan reptil, Ribeiro biasa menggunakan anjing dalam sesi perawatannya. Namun seiring berjalannya waktu, kata Robeiro, sebagian besar pasien justru mengalami ketidakcocokan terutama jika mereka .

Akhirnya berbagai jenis reptil, termasuk ular pun menjadi pilihan sebagai media untuk terapi.

“Orang dengan autisme justru mendekati ular atau reptil tanpa prasangka. Hewan ini memicu rasa ingin tahu mereka tanpa membuat mereka tidak nyaman.”

“Reptil kemungkinan memiliki pola yang sama, karena sebagian besar reptil tidak mencari perhatian ke manusia, seperti yang dilakukan mamalia,” tambah Ribeiro.

Seorang pasien bernama Gabriel Pinheiro yang berusia 10 tahun pun mengatakan, dia sangat menyukai sesi terapi ini.

Bahkan dalam beberapa kesempatan, Pinheiro mencoba membuka mulut buaya lebar-lebar sambil menirukan kata “Ja-ca-re”.

“Basah, sisiknya keras dan perutnya lunak,” katanya kepada terapis.

Kemudian ada pasien lain yang berusia 34 tahun mengalami kerusakan otak parah akibat kecelakaan dan membuatnya lumpuh.

Ribeiro melilitkan di wajahnya. Suhu tubuh ular yang dingin dan bobotnya yang berat diyakini bisa membantu mengaktifkan kembali refleks menelan pasien tersebut.

Selama sesi terapi, para pasien juga akan didampingi oleh terapis lain tidak perlu panik karena semua hewan di klinik ini sudah dilatih untuk terbiasa berinteraksi dengan manusia.

Semua hewan juga sudah diatur oleh otoritas lingkungan Brasil, IBAMA, serta bermitra dengan ahli biologi, Beatriz Araujo, untuk memantau tingkat stres hewan dan memastikan pasien aman.

Selama 10 tahun beroperasi, perawatan di klinik yang mengandalkan ular beserta reptil lainnya pun belum pernah ada kejadian yang tidak diinginkan.

“Saya selalu di sini untuk memastikan bahwa hewan-hewan yang ada tidak menimbulkan kejadian tak terduga,” kata Araujo.