redaksiharian.com – Emiten distribusi gas alam cair milik Tommy Soeharto, PT GTS Internasional Tbk ( GTSI ) pada tahun ini, tidak membagi dividen untuk tahun buku 2022 kepada para pemegang saham.

Dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) perseroan yang digelar secara virtual, Selasa (6/6/2023), Direktur Utama GTSI Tammy Meidharma mengatakan alasan tidak membagikan dividen adalah karena saldo perseroan masih negatif.

“Sampai saat ini, perseroan saldonya masih negatif. Mungkin sekitar dua atau tiga tahun lagi kami bisa bagikan dividen,” kata Tammy secara virtual.

Sepanjang 2022, perseroan mencatatkan pertumbuhan pendapatan 34 persen atau Rp 41,2 juta dollar AS yang setara dengan Rp 612,2 miliar (kurs Rp 14.860 per dollar AS) pada 2022, dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 30,7 juta dollar AS atau Rp 456,2 miliar.

Perseroan juga mencatatkan perolehan laba bersih sepanjang 2022, sebesar 126.255 dollar AS atau setara dengan Rp 1,8 miliar. Hal tersebut berbanding terbalik dengan tahun sebelumnya yang mencatatkan rugi bersih sebesar 11,9 juta dollar AS (Rp 176 miliar).

Direktur GTSI, Dandun Widodo mengungkapkan, total asset perseroan tercatat sebesar 123,8 juta dollar AS. Ini didukung dengan ekuitas perseroan yang menguat pada 2022 menjadi 56,9 juta dollar AS, atau meningkat sebesar 18,55 persen dari 48,04 juta dollar AS pada 2021.

Adapun ekuitas perseroan per akhir Desember 2022 tercatat sebesar 56,9 juta dollar AS, atau naik sebesar 18,55 persen dibandingkan pencapaian di 2021 yang disebabkan oleh peningkatan penghasilan komprehensif lain dari entitas asosiasi.

“Ini disebabkan oleh peningkatan seluruh komponen pendapatan termasuk jasa sewa kapal dan pengelolaan kapal,” kata Dandun.

RUPST juga memaparkan realisasi penggunaan dana hasil IPO, diantaranya untuk membeli dan memodifikasi kapal LNG dan penyisihan cadangan wajib. Dia memperkirakan, tahun ini bisnis gas alam cair di Indonesia memiliki prospek yang cemerlang. Hal ini seiring transisi energi yang terus didorong implementasinya.

“Industri gas alam cair di Indonesia di tahun 2023 diperkirakan masih stabil. Gas bumi juga mengambil bagian penting dari proses transisi energi. Di Indonesia masih didominasi dengan rencana proyek regasifikasi,” kata dia.