redaksiharian.com – El Nino diprediksi menyebabkan cuaca ekstrem pada akhir tahun ini di sejumlah wilayah. Mulai dari siklon tropis yang berputar menuju pulau-pulau Pasifik, curah hujan yang tinggi di Amerika Selatan, hingga kekeringan di Australia dan beberapa wilayah Asia.

Terkait prediksi tersebut, Badan Kelautan dan Atmosfer Nasional AS (NOAA) mengeluarkan peringatan. Setelah 3 tahun pola iklim La Nina yang sering menurunkan suhu global, El Nino yang lebih panas akan kembali beraksi.

El Nino muncul dari perairan yang sangat hangat di Pasifik Timur, dekat pantai Amerika Selatan, dan seringkali disertai dengan melambatnya atau berbaliknya angin muson timur.

“Pada bulan Mei, kondisi El Nino yang lemah muncul ketika suhu permukaan laut di atas rata-rata menguat di Samudra Pasifik khatulistiwa,” kata peringatan tersebut.

Terakhir kali El Nino terjadi pada 2016, dunia mengalami tahun terpanas yang pernah tercatat. Ditambah dengan pemanasan akibat perubahan iklim.

Sebagian besar ahli merujuk kepada NOAA dan Biro Meteorologi Australia (BOM) untuk mendapatkan konfirmasi bahwa El Nino telah dimulai. Kedua badan ini menggunakan metrik yang berbeda untuk menyatakan El Nino , dengan definisi Australia yang sedikit lebih ketat.

NOAA menyatakan El Nino ketika suhu lautan di Pasifik ekuator bagian timur dan tengah, lebih tinggi 0,5 Celcius (0,9 Fahrenheit) dari suhu normal pada bulan sebelumnya, dan telah berlangsung atau diperkirakan akan terus berlanjut selama lima bulan berturut-turut.

NOAA juga mengatakan bahwa kemungkinan 56 persen ketika El Nino mencapai puncak kekuatannya, biasanya selama musim dingin di belahan bumi utara, permukaan Laut Pasifik Timur akan naik setidaknya 1,5 celcius lebih tinggi dari biasanya.

El Nino tersebut kemungkinan dapat menghasilkan dampak yang lebih kuat dari kekeringan hingga angin topan di seluruh dunia.

Kendati demikian, ilmuwan atmosfer Marybeth Arcodia dari Colorado State University mengatakan bahwa El Nino memiliki dua jenis dan dampaknya bervariasi.

Anomali cuaca dapat menjadi lebih ekstrem tergantung dimana perairan yang paling hangat, sehingga membuat keadaan menjadi lebih kering atau lebih basah di wilayah tertentu.

Beberapa model prakiraan cuaca memprediksi musim dingin pada 2023 hingga 2024 sebagai El Nino Pasifik Tengah.

Tanda-tanda awal cuaca panas dan kering yang disebabkan oleh El Nino mengancam para produsen makanan di seluruh Asia, sementara para petani Amerika mengandalkan hujan musim panas yang lebih lebat dari fenomena cuaca ini untuk meringankan dampak kekeringan yang parah.

Para ahli mengatakan bahwa El Nino yang kuat dapat memukul produksi gula di India dan Thailand, dan mungkin mengganggu panen tebu di Brasil. Mereka juga melihat adanya risiko-risiko pada produksi kopi di Vietnam yang merupakan produsen terbesar kedua di dunia.

El Nino dapat menyebabkan produksi tanaman musim dingin turun 34 persen dari rekor tertinggi di Australia , dan juga berdampak pada produksi minyak kelapa sawit dan beras di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. (Dwi Wahyu Cahyono)***