redaksiharian.com – tampaknya masih menjadi simbol kesuksesan di mata masyarakat.
Kemampuan untuk memenuhi segala macam kebutuhan hingga keinginan material juga dianggap menjadi sumber ketenangan dalam hidup seseorang.
Namun tampaknya beberapa mentalitas atau berikut ini bisa menghambat kita untuk jadi kaya. Apa sajakah itu?
Kebiasaan buruk yang bikin kita susah jadi orang kaya
Ciri-ciri orang yang susah menjadi sebenarnya dapat diketahui melalui mentalitas atau kebiasaan yang kita lakukan sehari-hari.
Sejumlah pertanda tersebut mencirikan bahwa kita tidak memiliki kemampuan dan kapasitas mendukung untuk bisa sukses (kaya) di masa mendatang.
Berikut kebiasaan buruk yang membuat kita tidak akan pernah kaya bila terus melakukannya.
1. Punya mental selalu jadi korban
Perpepsi kita dapat membentuk realitas dan kehidupan yang sedang kita jalani.
Salah satu yang menghambat diri kita jadi orang kaya adalah ketika memiliki mentalitas sebagai korban.
Mentalitas sebagai korban itu artinya kita selalu menyalahkan orang lain atas kesengsaraan finansial yang dialami.
Sebagai gambaran kita bekerja dalam perusahaan dengan gaji rendah. Tapi kita selalu menyalahkan perusahaan karena tidak bisa memfasilitasi kesejahteraan dengan layak.
Persepsi yang seperti itu tentu dapat membuat kita tidak berdaya dalam menghadapi tantangan finansial dalam kehidupan.
Padahal jika kita menyadari atau meningkatkan keterampilan kita, bisa saja kita memiliki value lebih untuk berupaya dan bekerja keras dalam mendapatkan peluang baru.
Sebaliknya, ketika kita memberdayakan pola pikir atau mengubah keyakinan pada kemampuan diri sendiri, kita bisa mengubah keadaan, termasuk kondisi keuangan.
Ini merupakan kebalikan pola pikir atau mentalitas sebagai korban, yang artinya kegagalan apapun yang kita dapati perlu diubah menjadi sesuatu yang lebih mandiri, berperilaku proaktif, bertahan dari kondisi apapun, bergerak maju, hingga terus bekerja keras mencapai tujuan keuangan kita.
2. Selalu menganggap tidak penting
Terkadang, seseorang “menjual” kisah-kisah perjuangan finansial mereka seperti lencana kehormatan. Kemudian kata-kata yang sering terdengar adalah “uang tidak penting bagiku”.
Sebetulnya ini merupakan mekanisme pertahanan dan pembenaran diri sendiri atas kurangnya kesuksesan finansial yang didapatkan.
Pola pikir seperti itu bisa membuat kita terbelenggu dan enggan untuk berupaya mendapatkan untuk menciptakan kekayaan.
Bayangkan jika kita melewatkan kesempatan untuk memajukan karier atau mengembangkan bisnis karena menganggap uang itu tidak penting.
Kehidupan yang kita jalani akan selalu “jalan di tempat” dan tidak ada perubahan apa-apa, termasuk soal finansial.
Secara umum orang yang menganggap uang tidak penting bagi mereka, cenderung membelanjakan uang secepat mereka mendapatkannya.
Padahal orang kaya sesungguhnya sangat menghargai uang dan memahami bahwa uang punya impact lebih dari sekadar kebutuhan, tetapi juga alat untuk berinvestasi dan berbisnis.
3. Boros
Meraih atau menciptakan membutuhkan keseimbangan antara pendapatan dan pengeluaran. Ini adalah ilmu ekonomi yang mutlak.
Hindari perilaku konsumtif dan impulsif yang dapat membuat pengeluaran lebih besar daripada pendapatan, atau kebiasaan itu membuat kita tidak akan pernah kaya raya .
4. Tidak bisa beradaptasi
Selalu berpatokan pada prinsip jadul atau tidak mampu beradaptasi dengan keadaan baru dapat membuat kita merasa ketinggalan, memicu rasa takut untuk bergerak, takut karena persaingan hingga kreativitas yang terus menurun.
Sebaliknya kita harus memiliki kemampuan beradaptasi yang baik dalam hal apapun, karena kehidupan ini akan terus bergerak maju, bukan mundur.
Maka dari itu, ciptakan pola pikir berkelimpahan dan meyakinkan bahwa kita sanggup beradaptasi, melihat banyak peluang, kekayaan dan kesuksesan.
Pandangan optimistis ini dapat berkontribusi secara signifikan untuk mencapai kemakmuran finansial.
5. Tidak ada obsesi lagi
Kemakmuran sering berasal dari dedikasi tanpa tentu untuk memberikan value yang tinggi.
Tanpa semangat dan komitmen yang terus membara mengejar sesuatu, kita akan kesulitan memertahankan kondisi yang kini semakin kompetitif dan tidak akan membuat kita kaya rasa.
Dalam hal mengejar kekayaan dan kemakmuran, dibutuhkan energi yang eksplosif, semangat dan ketekunan dalam membangun kekayaan.
Kita harus mengetahui apa yang membuat kita terpacu untuk bekerja dan tidak cuma sekadar mencari nafkah.
Dengan begitu, nantinya akan ada peluang yang dapat kita lihat untuk menghasilkan cuan.