redaksiharian.com – Pendiri Theranos Elizabeth Holmes menghadapi hukuman 11 tahun penjara atas kasus kasus penipuan yang dilakukan kepada para investor saat membesut perusahaan rintisan teknologi kesehatan tersebut. Holmes diperkirakan akan memulai hukuman di balik jeruji besi mulai pekan ini, Selasa (6/6/2023).

Peristiwa ini menandai akhir dari kejatuhan salah satu pendiri start up paling terkemuka di Silicon Valley, setelah terungkapnya teknologi pengujian darah Theranos yang ternyata bodong.

Sejak The Wall Street Journal mulai menerbitkan penelusurannya tentang Theranos pada tahun 2015, Holmes telah menjadi tersangka atas penipuan keuangan dan konspirasi untuk melakukan penipuan di pengadilan federal AS. Secara terpisah, ia juga telah disidang atas tuduhan penipuan yang diajukan oleh Securities and Exchange Commission (SEC). Sebagai bagian dari penyelesaian itu, dia diharuskan membayar denda US$ 500.000 (Rp 7,5 miliar) dan dilarang menjadi pejabat atau direktur perusahaan publik mana pun selama 10 tahun.

Holmes, yang keluar dari Universitas Stanford pada usia 19 tahun untuk memulai Theranos, kini berusia 39 tahun. Dengan pasangannya, Billy Evans, ia memiliki dua anak yang usianya masih di bawah 2 tahun.

Selain hukuman penjara 135 bulan atau 11 tahun lebih, Holmes dan mantan eksekutif Theranos, Ramesh “Sunny” Balwani, telah diperintahkan untuk membayar US$ 452 juta (Rp 6,78 triliun) sebagai ganti rugi.

Juri di California memutuskan Holmes bersalah karena menipu investor pada Januari 2022. Balwani, mantan pacar Holmes yang bertanggung jawab atas lab Theranos, juga dihukum karena menipu investor dan pasien.

Holmes diketahui memimpin Theranos selama 15 tahun dengan mimpi besar untuk merevolusi industri pengujian darah. Pada puncaknya, valuasi Theranos mencapai lebih dari US$ 9 miliar (Rp 135 T), terbesar ke-10 di antara perusahaan rintisan yang didukung modal ventura pada saat itu. Menurut kesaksiannya selama persidangan, Holmes menguasai sekitar setengah saham perusahaan dengan kekayaan, setidaknya dari paper value mencapai US$ 4,5 miliar (Rp 67,5 triliun).

Theranos sempat mempekerjakan ratusan ilmuwan, insinyur, dan pemasar. Holmes mengklaim mendapatkan tenaga kerja tersebut untuk menyelesaikan prototipe alat kesehatan yang diberi nama Edison. Alat tersebut diklaim mampu menjalankan lebih dari 200 tes kesehatan secara bersamaan hanya dengan satu vial darah.

Namun, dalam persidangan menunjukkan realitas yang berbeda. Perusahaan berhasil menggunakan alat tes darah tusukan jari miliknya hanya untuk 12 jenis tes pasien. Hasil tersebut juga tidak dapat diandalkan. Di labnya, Theranos diam-diam menjalankan sebagian besar tes darahnya pada perangkat komersial dari perusahaan lain, termasuk beberapa yang diubah Theranos untuk bekerja dengan sampel darah kecil.