redaksiharian.com – Seorang wanita mengaku dirinya tak menyukai nama yang diberikan orangtuanya. Sebab semasa sekolah, dia kerap menjadi korban bullying ( perundungan ) karena namanya itu.

Kendati demikian, orangtuanya justru menolak putrinya mengganti nama baru.

Dalam sebuah unggahan di forum Reddit, seorang wanita mengungkapkan curahan hatinya soal pengalaman pilu yang ia terima semasa sekolah. Maka dari itu, dia mengaku tak nyaman dengan nama pemberian orangtuanya.

“Katakanlah saja orang tua saya menamai saya ‘N’, perlu diketahui hal itu karena karena salah satu dari mereka bermimpi untuk memiliki seorang anak bernama ‘N’,” ujarnya.

Dia nekat mengganti nama lahirnya, lantaran kerap teringat dengan aksi perundungan yang dilakukan teman-temannya.

“Beberapa tahun kemudian, ketika saya sudah beranjak dewasa, saya mengalami perundungan di sekolah karena nama saya. Saya tidak tahan dipanggil ‘N’ karena itu akan mengingatkan saya pada teman-teman saya yang membercandai saya dengan nama itu. Sejak saat itu, saya melakukan trauma healing dan mulai menggunakan nama ‘Z’,” lanjutnya.

Saat ini, semua orang memanggil dirinya dengan nama baru. Namun saat orangtuanya tahu soal itu, mereka justru tak terima.

“Orangtua saya mengatakan bahwa itu sulit bagi mereka, dan meminta saya untuk bersabar. Pada kenyataannya, bagaimana saya bisa bersabar jika mereka bahkan tidak merasakan apa yang saya rasakan? Orangtua saya bahkan belum pernah menyebut nama saya sama sekali di bibir mereka,” tutur dia.

Dia melanjutkan, orangtuanya mengaku sakit hati karena dia kini enggan memakai nama yang diberikan mereka. Padahal, nama itu diberikan padanya dengan penuh cinta.

Kendati demikian, wanita itu menolak”Saya tahu hal itu, tetapi saya juga menderita. Saya telah mendiskusikan tentang hal ini kurang lebih sebanyak empat kali, tetapi tidak ada hasil apa pun,” ujarnya.”Semua orang setuju saya dipanggil Z, saya jauh lebih santai dan bahagia ketika saya dipanggil Z. Saya mungkin akan mengubah nama saya secara resmi menjadi Z,” lanjutnya menambahkan. (Tirtamarsha Adindaputri Septidwitania)***