redaksiharian.com – Presiden Turkiye ( Turki ) Recep Tayyip Erdogan terpilih kembali sebagai Presiden Turki pada Pemilihan Umum (Pemilu) yang digelar pada Senin, 29 Mei 2023 waktu setempat. Erdogan mengalahkan pesaingnya dari partai oposisi, Kemal Kilicdaroglu.

Erdogan mendulang 52,1 persen suara, sementara Kilicdaroglu hanya mendapatkan 47,9 persen suara. Politisi partai oposisi itu menyebutkan, hasil tersebut menandakan Pemilu paling tidak adil sepanjang masa.

Di sisi lain, Erdogan menyebut bahwa hasil Pemilu Turkiye merupakan mandat rakyat yang sah dan tidak dapat lagi diganggu gugat.

“Satu-satunya pemenang pada hari ini adalah rakyat Turkiye,” kata Erdogan dalam sambutannya seperti dikutip Pikiran-rakyat.com dari Reuters.

Hasil Pemilu pada Senin, 29 Mei 2023 menjadikan Erdogan sebagai Presiden paling lama mengalahkan Mustafa Kemal Ataturk Presiden Turkiye pertama yang menjabat pada 29 Oktober 1923 hingga 10 November 1938.

Kemenangan Erdogan yang mewakili kaum nasionalis dan konservatif disambut meriah para pendukungnya yang menganggap partai oposisi yang dipimpin Kilicdaroglu yang menganggap oposisi mendukung ide-ide liberal seperti LGBT.

“Saya berharap semuanya akan membaik,” kata Nisa (28) salah satu pendukung Erdogan .

Pendukung Erdogan lainnya yakin jika Turkiye akan menjadi negara yang lebih kuat dan disegani negara lain di kancah internasional. Pasalnya, Erdogan menarik dukungan terhadap NATO baik dukungan secara ekonomi, keamanan, dan kebijakan internasional.

“Ada banyak masalah, setiap negara memiliki masalahnya masing-masing, di negara-negara Eropa sekalipun, dengan kepemimpinan yang kuat, kami yakin akan dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang dihadapi oleh Turkiye,” kata Mert (29).

Kemenangan Erdogan tersebut dianggap sebagai kemenangan kedaulatan Turkiye karena Erdogan dianggap mampu secara tegas melawan propaganda NATO terutama yang berkaitan dengan perang Rusia-Ukraina.

Kekalahan Kilicdaroglu membuat aliansi NATO merasa was-was terutama menimbang kedekatan Erdogan dengan Vladimir Putin. Presiden Amerika Serikat Joe Biden langsung memberikan harapan terhadap kerjasama Turkiye dengan NATO.

“Saya berharap untuk melanjutkan kerja sama sebagai sesama anggota NATO dalam menghadapi isu-isu bilateral maupun tantangan global,” kata Joe Biden.

Hubungan Amerika Serikat dengan Turkiye sempat terganggu karena Erdogan menolak Swedia untuk bergabung menjadi anggota NATO. Selain itu, hubungan Ankara dengan Moskow pun dianggap cukup menimbulkan kekhawatiran negara-negara anggota NATO.***