redaksiharian.com – Departemen Keamanan Dalam Negeri AS sedang menjajaki berbagai cara agar kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) dapat membantu mendeteksi fentanil dan mencegahnya masuk AS.

Perbatasan AS-Meksiko adalah gerbang penting bagi arus orang dan perdagangan. Tetapi tempat ini juga semakin rentan terhadap lonjakan penyelundupan obat-obatan berbahaya seperti fentanil.

Untuk mengatasi kekhawatiran yang semakin besar ini, Menteri Keamanan Dalam Negeri Aemerika Serikat, Alejandro Mayorkas pada April lalu telah mengumumkan pembentukan satu gugus tugas baru.


“Berbagai organisasi penyelundup narkoba telah berkembang dengan canggih dan semakin kuat,” kala itu.

Gugus tugas tersebut antara lain akan meninjau berbagai cara di mana AI dapat digunakan untuk mendeteksi dan menahan arus obat terlarang memasuki AS.

“Kami akan menjajaki penggunaan teknologi ini untuk dapat lebih baik lagi mendeteksi pengiriman fentanil, pengidentifikasianya dan pencegatan aliran bahan kimia prekursor di seluruh dunia dan untuk mengacaukan simpul-simpul utama dalam jaringan kriminal,” tambah Mayorkas.

Patrick Simmons, mantan direktur Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP), mengatakan, sekarang ini ada sistem di pasar yang dapat ditingkatkan lebih jauh dengan AI.

CBP adalah badan penegakan hukum federal terbesar di Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dan salah satu organisasi penegakan hukum terbesar di dunia.

Salah satu contohnya adalah apa yang disebut dengan sistem tomografi Muon, yang dapat menghasilkan citra lebih akurat dari objek yang dipindai, dibandingkan dengan teknologi sinar X yang digunakan sekarang ini.

“Kalau ada barang padat di sana, sinar X tidak dapat menembusnya. Jika kita menggunakan sistem tomografi Muon, ini dapat menembusnya, benar-benar menembusnya. Dan ini memungkinkan para petugas untuk benar-benar melihat apa persisnya yang ada di dalam objek padat,” jelas Simmons.

Sewaktu CBP mulai menggunakan AI dengan sistem Muon yang ada, ini akan menjadi semacam “super-charge” bagi sistem deteksi generasi mendatang.

Perangkat ini terutama bisa sangat efektif mendeteksi kontener bermuatan penuh, di mana fentanil dapat disembunyikan.

Simmons mengatakan, sistem ini juga dapat membantu gugus tugas baru itu menggunakan AI untuk mendeteksi bahan kimia prekursor yang digunakan untuk membuat fentanil.

“Kita harus mengajari AI apa yang kita cari. Jadi kita bisa menemukan sebagian bahan kimia precursor yang berasal dari China melalui kapal dan kita akan mengajari sistem ini melalui ribuan pemindaian sehingga AI dapat mulai memahami apa yang perlu dicari,” terang dia.

Cara lain untuk AI dalam membantu adalah dalam hal analisis intelijen dan prediksi lalu lintas kendaraan di perbatasan.

“Siapa saja orang yang datang menyeberang, seberapa sering mereka menyeberang, dan juga kendaraan serta STNK. Seberapa sering mereka menyeberang? Jadi itu adalah potongan-potongan informasi yang akan saya serahkan pada AI untuk diuji coba,” kata Gill Kerlikowske, mantan komisaris badan perlindungan perbatasan.

AI dapat digunakan untuk mendeteksi fentanil yang telah dibuat menyerupai permen atau obat-obat resep yang diproduksi secara sah, lanjutnya.

“Jika AI dapat mendeteksi di mana pil-pil itu berada, apa yang menandai pil tersebut, in akan sangat membantu setidaknya dalam memperingatkan orang-orang di sini,” tambah Kerlikowske.

Gugus tugas AI dijadwalkan melaporkan temuan mereka ke Departemen Keamanan Dalam Negeri AS dalam beberapa bulan mendatang.

Di Indonesia, fentanil dikenal sebagai narkoba zombie oleh beberapa pihak.

Sebab, jika fentanil dikonsumsi sembarangan, misalnya dicampur dengan zylazine atau penenang khusus hewan, heroin, dan ekstasi, racikan itu bisa memiliki efek samping yang membuat penggunanya berperilaku seperti zombie atau mayat hidup.

Mereka akan mengalami kebingungan dan disorientasi.

Para pengguna obat-obatan terlarang itu juga bisa jadi sering pingsan di tempat umum.

Lebih parahnya lagi, racikan obat tersebut bisa memicu kerusakan pembuluh darah sehingga menimbulkan luka-luka yang berakibat fatal.