redaksiharian.com – Indonesia saat ini menyumbang 40 persen dari ekonomi digital Asia Tenggara, tetapi sebagian besar penduduk Indonesia masih belum dibekali dengan keterampilan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dasar yang dibutuhkan untuk bertahan hidup dalam masyarakat berorientasi teknologi.
Padahal di masa depan, ada empat keterampilan yang paling dibutuhkan yakni Artificial intelligence ( AI ) atau Machine learning (ML), Cloud computing, Product management, dan Social Media.
Masalah struktural ini menghambat Indonesia membentuk bonus demografi untuk penyediaan sumber daya tenaga kerja yang siap menghadapi masa depan.
Menurut sebuah studi analisis terhadap 228 juta iklan lowongan pekerjaan baru-baru ini di Amerika Serikat, keahlian Artificial intelligence (AI)/ Machine learning (ML), Cloud computing, Product management, dan Social Media menjadi empat keterampilan yang paling dibutuhkan untuk lapangan pekerjaan yang terus berevolusi.
Indonesia harus mengatasi masalah struktural dalam pendidikan dan pengembangan sumber daya manusia. Sebab di RI, inisiatif digitalisasi di seluruh mata rantai industri telah dimulai namun masih terbatas.
Hal ini menghambat populasi usia kerja untuk menjadi sumber daya manusia yang produktif dengan keterampilan utama untuk berkembang di dunia kerja di masa depan.
“Para peneliti menemukan bahwa setidaknya salah satu kriteria keterampilan tersebut adalah syarat yang ditampilkan pada satu dari delapan iklan lowongan pekerjaan di AS,” jelas Shirley Santoso, Partner dan President dari Kearney melalui keterangannya, Selasa (30/5/2023).
Rohit Sethi, Principal dari Kearney menambahkan, Indonesia harus segera mengembangkan infrastruktur pendidikan menjadi ekosistem digital yang kuat dan melibatkan pemerintah pusat, perusahaan swasta, BUMN, dan pelaku teknologi di bidang pendidikan.
“Pendanaan yang cukup dari pemerintah dapat mendukung pengembangan ekosistem pendidikan secara digital. Beban pengeluaran pemerintah dapat dikurangi dengan merancang regulasi pendanaan untuk menarik sektornya”, kata Rohit.
“Selain mengembangkan tenaga kerja masa depan, Indonesia juga perlu menyediakan sumber daya pelatihan TIK untuk melayani masyarakat yang kurang tinggi dalam pendidikan, penduduk lanjut usia, dan perempuan,” tambah Rohit.
Inisiatif Kemenkominfo
Meskipun Indonesia saat ini belum memiliki program komprehensif untuk menyiapkan keterampilan yang dibutuhkan oleh tenaga kerja di masa depan, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) sudah mengambil langkah proaktif untuk mengatasi masalah ini dengan membentuk platform “Digital Talent Scholarship”.
Inisiatif ini bertujuan untuk mempromosikan pengembangan keterampilan digital dan menjembatani kesenjangan keterampilan digital di Indonesia, dengan fokus pada pengembangan talenta yang dapat berkontribusi pada ekonomi digital negara.
Shirley mengatakan, Kearney menyambut baik inisiatif Kemenkominfo untuk membentuk Digital Talent Scholarship sebagai langkah nyata untuk memajukan ekonomi digital Indonesia.
“Dengan membekali tenaga kerja dengan keterampilan digital yang diperlukan, Indonesia akan lebih siap untuk bersaing di pasar global dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” katanya.
Belajar dari Singapura
Sementara Rohit menambahkan, sebelumnya di Singapura, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan telah membuat ‘Dewan Literasi Media’ sebagai platform literasi digital.
Platform ini diisi dengan daftar sumber daya yang mencakup berbagai materi, mulai dari video hingga artikel, pidato, dan banyak lainya.
Selain itu, mereka juga bermitra dengan lebih dari sepuluh organisasi untuk mendukung warga dalam menghadapi isu-isu yang terjadi di dunia maya seperti cyber bullying, penipuan online, dan sebagainya.
Lalu, Singapura meningkatkan sistem Institut Pendidikan Teknik untuk mengembangkan keterampilan teknologi dengan memperkuat kemitraannya.
Singapura juga berfokus pada pembelajaran berdasarkan praktik, program khusus industri, universitas otonomi, perangkat berbasis teknologi dan inovasi, serta pedagogi yang fleksibel.