redaksiharian.com – Dalam berinvestasi di pasar modal, investor kerap menghadapi pilihan yang sulit untuk memutuskan kapan waktu terbaik untuk membeli, menahan, atau menjual saham.

Faktor psikologi investor kerap juga jadi penentu sejauh apa keputusan yang diambil bijak untuk dapat mencapai tujuan investasi.

Chief Investment Officer Sinarmas Asset Management Genta Wira Anjalu menjelaskan, menebak pasar modal adalah hal yang sulit, untuk itu investor lebih baik terus berinvestasi dalam kondisi apapun.

“Pelajarannya simple, pertama stay invested,” ujar dia dalam dalam acara SimInvestival Goes to Office: Smart Investment for Long Haul, Kamis (11/5/2023).

Selain itu sebut dia, setiap ada krisis di pasar modal bisa merupakan peluang bagi investor.

Genta membeberkan, setiap ada penurunan dalam biasanya akan ada lonjakan yang cukup kencang juga.

“Ketika dapat memanfaatkan itu, ada orang yang bisa menghasilkan 10 persen per hari, atau 12 persen dengan saham tertentu ketika terjadi koreksi,” terang dia.

Setelah itu, seorang investor harus fokus pada tujuan investasinya. Ketika seseorang memutuskan untuk berinvestasi di saham, berarti pastikan tujuannya adalah jangka panjang.

“Semakin panjang time horizon dalam berinvestasi, semakin risiko atau ruginya itu tidak ada,” ujar dia.

Ia menjelaskan, misalnya dalam masa investasi 25 tahun dapat memiliki imbal hasil 5-25 persen per tahun.

Sebaliknya, ketika investasi hanya dalam setahun, investor berpotensi mendapatkan imbali hasil 60 persen, tetapi bisa juga menelan kerugian sampai 40 persen.

Lebih lanjut, Genta menjelaskan, seorang investor juga perlu untuk terus mengevaluasi portofolionya.

“Kalau sedikit-sedikit sakit perut melihat investasi yang turun, mungkin jangan masuk saham dulu,” tandas dia.