redaksiharian.com – Kasus kaki melepuh kerap dialami jemaah haji asal Indonesia yang berada di Madinah . Biasanya, ini karena jemaah keluar Masjid Nabawi tanpa menggunakan alas kaki.

Dikatakan Kepala Bidang Kesehatan Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi dr. M. Imran, setiap penyelenggaraan haji selalu ditemukan jemaah yang kakinya melepuh ketika di Madinah . “Berbeda dengan Masjidil Haram, di Masjid Nabawi lantai keramiknya cukup panas sampai bisa membuat kaki melepuh jika sedang terik,” ujar Imran ketika ditemui di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah .

Dia melanjutkan, biasanya jemaah meninggalkan sandalnya di luar masjid seperti kebiasaan di Tanah Air. Saat kembali sandalnya tidak ada atau keluar dari pintu yang berbeda.

Sementara dengan kondisi yang terik, kata Imran, hanya jalan 10 meter saja bisa membuat melepuh seluruh telapak kaki akibat panasnya lantai masjid. “Ini berbeda dengan Masjidil Haram yang memiliki keramik dingin, sehingga saat panas terik melakukan tawaf mengelilingi Kabah tidak akan membuat kaki melepuh, sementara di Masjid Nawabi Madinah tidak memiliki keramik dingin,” kata Imran.

Jika telapak kaki sudah melepuh, perlu pengobatan dan perawatan setidaknya selama satu minggu. “Bahkan jika yang bersangkutan memiliki penyakit bawaan seperti diabetes, bisa sampai dua minggu perawatan. Oleh karena itu, saat sandal hilang, maka sampaikan ke petugas,” katanya.

Akan ada petugas kesehatan yang berjaga di sektor satu Masjid Nabawi serta ada petugas yang mobile membawa sandal, masker, dan obat-obatan untuk pertolongan pertama pada saat terik sebelum waktu salat zuhur sampai dengan selepas asar.

“Jangan pernah menggunakan odol saat kaki melepuh, karena justru bisa memparah karena tidak bisa terjadi penguapan dan menyebabkan panas ke dalam. Oleh karenanya, pertolongan pertama yang bisa dilakukan adaln dengan mengguyur dengan air dingin selama 30 menit dengan cara dipapah terlebih dahulu,” kata Imran.

Selain kaki melepuh, kasus lain akibat cuaca panas adalah dehidrasi, heat exhaustion atau kondisi kelelahan yang ekstrem sebab tubuh terpapar suhu panas disertai dehidrasi, serta heat stroke atau kondisi cidera panas yang paling serius dan dapat menyebabkan kematian.

Sementara itu, kondisi kesehatan jemaah kloter pertama saat terbang ke Madinah dilaporkan aman terkendali. Meski dari pemeriksaan kesehatan sebelum, saat, dan setelah penerbangan ada sebagian yang mengalami mintah, nyeri sendi, sendi kaku, dan tensi tinggi.

Menurut petugas kesehatan yang mendampingi jemaah, dr. Insan Galuh dari Puskesmas Jagaraksa Jakarta Selatan, keluhan tersebut sudah ditangani dengan baik. Dia mengatakan, keluhan terjadi karena jadwal jemaah yang padat sejak keberangkatan.

“Bahkan, sejak di asrama haji Pondok Gede, ada 3 orang yang batal terbang. Dua orang jemaah dan satu pendamping. Rata-rata penyebab keluhan kesehatan jemaah terutama yang lansia adalah kelelahan dan sedikit stres,” ujar Insan.

Padatnya jadwal jemaah bisa terlihat dari persiapan di embarkasi mulai pukul 08.00. Di embarkasi harus menjalani pemeriksaan dan ada seremonial. “Mereka di kamar malah berbincang-bincang dengan sesama, sehingga kurang tidur. Padahal waktu berkejaran,” ujarnya.

Selama penerbangan, petugas kesehatan juga melakukan visitasi berkali-kali. Juga jemaah diajak stretching, shalawatan, agar penerbangan terasa menyenangkan.***