redaksiharian.com – Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menyebut ada tiga proyek tol yang menjadi biang persoalan kinerja keuangan PT Waskita Karya (Persero) Tbk. (WSKT).

Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara II Kartika Wirjoatmodjo mengungkapkan, ketiga tol tersebut di antaranya, Kayu Agung-Palembang-Betung, tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu), dan Tol Krian-Legundi-Bunder-Manyar (KLBM).

“Jadi waktu itu kita kan memang melihat kita melakukan PMN dan penjaminan. Tapi setelah kita jalankan selama setahun kondisi Waskita tak membaik. Memang ada 3 tol yang memang membuat kondisi Waskita itu berat,” ujarnya saat ditemui di Mahkamah Agung, Jakarta, Rabu (24/5).

Pria yang akrab disapa Tiko ini menjelaskan, untuk memperbaiki kinerja keuangan Waskita dimulai dari restrukturisasi baik kreditur perbankan maupun pemegang obligasi.

“Tol ini memang penyelesaiannya berat dan membuat neraca Waskita ini harus di restrukturisasi dulu. Makanya kita fokus restrukturisasi perbankan dan oleh RUPO [rapat umum pemegang obligasi] meminta penundaan pembayaran,” jelasnya.

Tiko mengungkapkan, pihaknya akan meminta perpanjangan tenor pembayaran utang hingga tol-tol tersebut dapat terjual. “Sebenernya ini dana dari publik maupun kreditur ujungnya di tol ini. Jadi nanti yang kita purpose nanti adanya penundaan perpanjangan tenor untuk bisa menunggu dan menjual tolnya,” kata Tiko.

Selanjutnya, Tiko menambahkan, pemerintah juga akan memberikan penambahan modal untuk penyelesaian tol. Namun, saat ini sedang dipertimbangkan pihak yang menyelesaikan ketiga proyek ini dikerjakan oleh Waskita atau entitas usaha BUMN lainnya.

“Pemeritah akan melakukan penambahan modal untuk penyelesaian tol tapi kita pertimbangkan apakah melalui Waskita atau dari entitas lain karena [Waskita] akan restrukturisasi,” pungkasnya.

Adapun rugi bersih Waskita melonjak 73% secara tahunan (yoy) menjadi Rp 1,90 triliun pada 2022, dari semula Rp 1,10 triliun setahun sebelumnya. Sementara itu pendapatan perusahaan tercatat hanya naik 25% yoy menjadi Rp 15,30 triliun.

Lebih rinci, beban pokok pendapatan Waskita tercatat naik 35% yoy atau lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan menjadi Rp 13,85 triliun. Secara proporsi, beban pokok pendapatan Waskita tahun lalu 90,53% pendapatan dibandingkan dengan tahun 2021 yang hanya 84,47% pendapatan.

Beban umum dan administrasi perusahaan tercatat naik 18,58% yoy menjadi Rp 2,41 triliun. Komponen terbesar dalam beban tersebut adalah gaji pegawai yang naik 3,59% yoy menjadi Rp 664 miliar. Waskita dalam laporan keuangan menyebut jumlah pegawai pada akhir Desember 2022 naik 24% yoy menjadi 2.857 karyawan.