redaksiharian.com – Beberapa waktu terakhir banyak perusahaan startup yang melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan dalih efisiensi. Era bakar uang disebut telah selesai, karena suntikkan dana dari investor mulai seret tak selancar dulu.

Menanggapi hal tersebut Chief Investment Officer BRI Ventures Markus Liman Rahardja mengaku optimis masa sunset startup ini akan kembali bangkit.

“Kita percaya akan rebound ketika kepercayaan masyarakat kembali. Misalnya seperti ada unicorn yang profit,” kata dia dalam acara media gathering di Jakarta, Rabu (24/5/2023).

Dia mengungkapkan, perusahaan juga harus mengantisipasi kondisi-kondisi yang akan terjadi ke depan. Misalnya dengan menyiapkan diri untuk hal-hal terburuk yang bisa saja terjadi.

Sejak 2022 lalu Indonesia memang menghadapi fenomena badai PHK startup. Tantangan bisnis yang terjadi belakangan dan pelemahan ekonomi global membuat lebih dari 20 perusahaan besar mengurangi karyawan.

Misalnya ada JD.ID, Elevenia, Sirclo, Ruangguru, SiCepat, Zenius, LinkAja, Mamikos, Lummo, Pahamify, SayurBox, Ajaib, Tokocrypto, Binar Academy sampai Shopee.

GoTo juga melakukan perampingan karyawan pada November 2022, TaniHub, GrabKitchen. Sebelumnya Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir mengungkapkan faktor yang menyebabkan banyak startup melakukan PHK dalam kurun waktu 1 tahun. Faktor pertama adalah dari sisi eksternal dampak perang Rusia-Ukraina seperti kenaikan suku bunga dan inflasi.

“Ada faktor perang di awal 2022 dan terjadi kenaikan suku bunga untuk penanganan inflasi. Kenaikan suku bunga ini mempengaruhi cost of capital yang terjadi di pasar,” kata Pandu.

Faktor kedua adalah ekspektasi yang tinggi dari investor setelah melihat siklus bisnis atau business cycle yang terjadi dengan sangat cepat bagi perusahaan, khususnya sektor teknologi ketika momentum pandemi COVID-19.

“Ini bisnis cycle yang amat cepat. Saat tahun 2020 terjadi pandemi, suku bunga menurun, pemerintah membantu dan banyak tumbuh perusahaan teknologi karena banyak shifting dari offline to online. Banyak perusahaan teknologi berkembang lebih cepat dari yang diharapkan selama 2020 sampai 2021,” lanjutnya.