redaksiharian.com – Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Kevin McCarthy mengatakan, diskusi terkait plafon utang berjalan produktif, tetapi belum mencapai suatu kesepakatan.
Plafon utang adalah batas pengeluaran yang ditetapkan oleh Kongres yang menentukan berapa banyak uang yang dapat dipinjam pemerintah.
Kegagalan untuk menaikkannya melampaui batas saat ini sekitar 31,4 triliun dollar AS, atau setara dengan kurang lebih Rp 461.000 triliun (kurs Rp 15.000) akan membuat AS gagal membayar utangnya.
Hal tersebut berarti, pemerintah tidak dapat meminjam uang lagi atau membayar semua tagihannya.
Tak hanya itu, gagal bayar utang AS juga akan mengancam serta mendatangkan malapetaka pada ekonomi global, mempengaruhi harga, dan tingkat hipotek di negara lain.
Menteri Keuangan Janet Yellen telah berulang kali menegaskan, Amerika Serikat kemungkinan akan gagal membayar utang AS paling cepat 1 Juni jika tidak ada kesepakatan yang tercapai.
“Jika Kongres gagal menaikkan batas utang, itu akan menyebabkan kesulitan besar bagi rumah tangga di Amerika Serikat,” tegas dia.
Nada pembicaraan di Gedung Putih tampak lebih optimistis setelah berminggu-minggu dipenuhi wacana partisan yang memecah belah.
Meskipun demikian, tidak jelas seberapa cepat kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan.
“Kami belum memiliki kesepakatan. Tapi saya merasa diskusi itu produktif di bidang-bidang tempat kami memiliki perbedaan pendapat. Biden dan saya akan berbicara setiap hari sampai kami menyelesaikan ini,” ujar McCarthy, dikutip dari BBC, Rabu (24/5/2023).
Sebelumnya, McCarthy menekankan, kesepakatan perlu tercapai minggu ini untuk memberikan waktu cukup bagi Kongres dalam memenuhi tenggat waktu, yaitu 1 Juni 2023.
Dia memperkirakan akan memakan waktu sekitar 72 jam untuk perjanjian itu ditulis, dibaca, dan dipilih.