redaksiharian.com – Tidak hanya melihat komodo, ketika berkunjung ke Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT), wisatawan juga bisa melakukan pengamatan burung endemik .

Beberapa lokasi yang bisa disinggahi seperti Kawasan Taman Nasional Komodo, hutan Mbeliling, hutan Sano Nggoang, hutan Golo Lusang, hutan Pagal, hutan Poco Ndeki, hutan Wolobobo, Taman Nasional Kelimutu, dan hutan Danau Ranamese.

Selain di Flores, ada pula beberapa lokasi di NTT yang bisa dimanfaatkan untuk pengamatan burung endemik.

“Untuk tingkat Provinsi Nusa Tenggara Timur yakni Pulau Sumba, Pulau Timor, dan Pulau Flores,” kata pemandu wisata burung Pulau Flores sekaligus peneliti burung di hutan Puarlolo, Samuel Rabenak saat dihubungi Kompas.com, Rabu (24/5/2023).

Meski sempat sepi wisatawan selama pandemi, namun pascapandemi wisatawan yang memesan paket perjalanan wisata mengamati burung terus bertambah.

Kini, kata Rabenak, dirinya bahkan kewalahan karena banyaknya pesanan pemandu, sementara ketersediaan pemandu terbilang sedikit.

“Untuk Pulau Flores, hanya ada tiga orang yang bisa memandu wisatawan untuk mengamati burung endemik Flores. Banyak paket perjalanan yang saya tunda karena padatnya jadwal yang sudah ada sebelumnya,” tuturnya.

Ia menambahkan, situasi itu bisa berdampak positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar dari pariwisata.

Sebab, setiap orang yang mengamati burung tersebut biasanya juga akan mengeluarkan uang untuk kebutuhan lainnya.

Penembakan liar jadi tantangan

Selain keterbatasan jumlah pemandu, penembakan liar yang masih terjadi juga membuat burung-burung langka khas Pulau Flores kian sulit ditemukan.

Untuk menentukan lingkungan yang masih baik bagi kehidupan burung, salah satu indikatornya adalah masih ditinggali oleh burung.

Hal itu juga diketahuinya dari para pengamat burung dari luar negeri.

“Saya diberitahu oleh para pengamat burung luar negeri bahwa apabila satu tempat masih hidup (ditingggali) burung maka tempat itu dinyatakan sehat dan ramah lingkungan bagi kehidupan burung,” ucapnya.