redaksiharian.com – Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terus berkembang hingga saat ini. Dengan kecanggihannya, AI kini bisa membuat berbagai macam tulisan hingga produk animasi. Kondisi ini membuat orang-orang yang bekerja di bidang tersebut khawatir.

Salah satu penulis naskah dunia, John August, bahkan ikut merasa khawatir. August merupakan seorang penulis skenario film-film Hollywood seperti Big Fish, hingga Charlie’s Angels. August adalah salah satu dari lebih dari 11.000 anggota Asosiasi Penulis Amerika (WGA) yang melakukan pemogokan kerja pada Selasa 2 Mei 2023 lalu.

“Para penulis skenario khawatir dengan skrip yang kami buat dijadikan basis data untuk sistem AI dalam membuat skrip lain dan menghasilkan ide baru,” kata August dikutip dari CNN, Selasa (24/5/2023).

Para anggota dari WGA menuntut Aliansi Produser Film dan Televisi AS (AMPTP) untuk menaikkan gaji mereka dan menuntut agar AMPTP bisa melindungi profesi mereka dari teknologi AI.

“Penulis ingin dapat menggunakan teknologi ini (AI) sebagai bagian dari proses kreatif mereka, tanpa mengubah cara kerja mereka, mengingat AI tidak dapat dilindungi hak cipta tanpa bantuan manusia. Jadi membutuhkan lebih banyak diskusi,” kata August.

Goldman Sachs memperkirakan sebanyak 300 juta pekerjaan kini bisa dikerjakan oleh teknologi AI. Profesi seperti pekerja kantoran khususnya di bidang administratif dan hukum diperkirakan akan berpengaruh masa depannya.

David Gunkel, seorang profesor di departemen komunikasi di Northern Illinois University yang telah mempelajari tentang kegunaan AI di media dan hiburan, mengatakan para penulis skenario menginginkan pedoman yang jelas seputar AI.

“AI telah menggantikan tenaga manusia di banyak bidang pembuatan konten lainnya seperti copywriting, jurnalisme, penulisan SEO, dan sebagainya,” kata David.

August mengatakan sejatinya para penulis tak masalah menggunakan alat untuk membantu pekerjaan mereka, misalnya untuk riset dalam proses produksi. “Penulis skenario bukanlah orang bodoh, dan kami dengan cepat menggunakan teknologi baru untuk membantu kami menceritakan kisah kami,” kata August.

“Kami beralih dari mesin tik ke pengolah kata dengan senang hati dan itu meningkatkan produktivitas. Tapi kita tidak membutuhkan mesin ajaib seperti AI yang mengetik skrip dengan sendirinya,” lanjutnya.