redaksiharian.com – Termostat yang bermasalah kerap membuat mobil harus turun mesin. Pengguna tidak begitu memperhatikannya lantaran onderdil ini tak termasuk dalam jenis fast moving yang harus diganti bila sudah menempuh jarak tertentu.
Kerusakan termostat juga tidak bisa diketahui gejalanya lebih dini, dalam artian ketika komponen ini macet maka dampaknya adalah mesin mengalami overheat. Sehingga tidak sedikit pengguna mobil yang melepasnya daripada harus turun mesin.
Namun, langkah masyarakat tersebut tidak sepenuhnya benar karena ada dampak yang terjadi ketika termostat dilepas dari sistem pendingin. Apa saja itu, simak nih penjelasannya!
Pemilik Aha Motor Yogyakarta Hardi Wibowo mengatakan ada beberapa dampak dari pelepasan termostat pada sistem pendingin mesin yang patut dipertimbangkan oleh pengguna mobil.
“Termostat dilepas itu artinya saluran cairan pendingin mesin selalu bersirkulasi, tidak ada penahan apapun yang terjadi, tentu saja ini menjadi suatu kelemahan karena sistem buka tutup saluran dibuat dengan tujuan tertentu,” ucap Hardi kepada Kompas.com, Senin (22/5/2023).
Hardi mengatakan ada dua kondisi yang membuat mesin tanpa termostat memiliki kelemahan yaitu saat putaran rendah, dan putaran tinggi.
Cairan pendingin mesin yang terus-terusan bersirkulasi dianggap mampu mendinginkan mesin lebih optimal oleh sebagian pengguna mobil, namun itu tidak benar menurut Hardi.
Perlu diketahui ketika cairan pendingin masuk radiator ada masanya air perlu ditahan agar lebih lama di dalam radiator.
“Dengan durasi pendinginan lebih lama di dalam radiator, maka kondisi air yang didinginkan cenderung memiliki suhu yang lebih rendah, namun air ini tidak dibiarkan mengalir ke area blok mesin sebelum waktunya,” ucap Hardi.
Hardi mengatakan air yang dingin di dalam radiator ini sengaja ditahan agar lebih ampuh menstabilkan suhu mesin ketika misalnya tiba-tiba putaran mesin naik atau beban mesin naik.
Putaran mesin naik cenderung membuat dapur pacu lebih panas karena lebih banyak terjadi pembakaran dalam satuan waktu.
Sedangkan bila air dingin ini tidak ada, maka bisa dikatakan suhu cairan pendingin rata dalam satu sistem sehingga ketika tiba-tiba mesin butuh pendinginan ekstra tidak ada amunisi yang mampu mendinginkan suhu mesin.
“Akibatnya ketika putaran tinggi mesin lebih mudah overheat, pun ketika putaran rendah mesin lebih cenderung dingin, ini dapat diartikan suhu mesin tidak stabil, rentang naik turunnya suhu yang kecil akan membuat suhu mesin lebih stabil,” ucap Hardi.
Dampaknya ketika putaran tinggi mesin lebih rawan mengalami overheat, itu akan membuat peluang kerusakan komponen lebih besar. Sedangkan ketika putaran mesin rendah atau udara lingkungan dingin, suhu mesin cenderung lebih dingin sehingga akan membuat konsumsi BBM lebih boros.
“Ketidakstabilan suhu ini merugikan, padahal selain mendinginkan tujuan adanya sistem pendingin juga menstabilkan suhu tetap dalam titik idealnya,” ucap Hardi.