redaksiharian.com – Sebuah foto palsu yang menunjukkan sebuah ledakan mengguncang gedung Pentagon di Amerika Serikat (AS) beredar secara online dan sempat viral di media sosial (medsos). Kemunculan foto palsu ini bahkan sempat menyebabkan anjloknya pasar saham AS selama 10 menit.

Seperti dilansir AFP, Selasa (23/5/2023), foto palsu soal ledakan di Pentagon itu diduga oleh banyak pengamat berasal dari AI atau kecerdasan buatan. Insiden ini lantas memicu pembahasan lebih lanjut soal AI generatif yang bisa menyebabkan masalah bagi masyarakat.

BREAKING: Explosion near Pentagon pic.twitter.com/q49yTVWhR8

Foto palsu itu awalnya disebarkan oleh beberapa akun media sosial, sebelum menjadi viral hingga memaksa Pentagon untuk merilis komentarnya yang menegaskan tidak ada ledakan apapun yang terjadi pada markasnya yang ada di Arlington County, Virginia.

“Kami bisa mengonfirmasi bahwa ini merupakan laporan palsu dan Pentagon tidak diserang hari ini,” tegas juru bicara Pentagon dalam penegasannya.

Departemen Pemadam Kebakaran wilayah Arlington di Virginia juga memberikan tanggapannya, dengan menegaskan via media sosial bahwa tidak ledakan atau insiden yang terjadi di dalam atau di dekat Pentagon.

Insiden ini terjadi setelah insiden foto palsu lainnya memicu kehebohan di internet, termasuk foto-foto palsu yang menunjukkan mantan Presiden Donald Trump ditangkap dan Paus Fransiskus mengenakan jaket puffer.

Tweet paling awal yang ditemukan oleh AFP itu membagikan foto Pentagon yang berasal dari akun yang mempromosikan QAnon, yang sebelumnya sering membagikan informasi keliru, meskipun sumber asli gambar itu tidak diketahui.

Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

Teknologi AI generatif yang kini muncul memudahkan para non-spesialis untuk menciptakan gambar yang meyakinkan hanya beberapa waktu saja, alih-alih membutuhkan keahlian untuk menggunakan program seperti Photoshop.

Foto palsu ledakan di Pentagon yang viral itu sempat membuat pasar saham AS terpukul selama beberapa menit, dengan S&P 500 menurun 0,29 persen dibandingkan penutupan pada Jumat (19/5) lalu, sebelum akhirnya kembali pulih.

“Ada kemungkinan penurunan terkait berita palsu ini karena mesin (perdagangan) menyadarinya, tapi saya akan menyampaikan bahwa cakupan penurunan tidak sesuai dengan sifat berita palsu yang tampaknya buruk,” ucap Pat P’Hare dari Briefing.com.