redaksiharian.com – Timnas sepak bola U-22 Indonesia telah meraih medali emas di SEA Games 2022. Selain karena kemampuan teknis yang mumpuni dari coach Indra Sjafri, yang tak kalah memberikan kontribusi terhadap kemenangan Timnas Indonesia adalah terbentuknya karakter mental juara dari atlet sepak bola yang akan bertanding.
Salah satu sosok yang memberikan motivasi dan menumbuhkan mental juara kepada Timnas sepak bola U-22 Indonesia adalah Ketua Umum PSSI Erick Thohir . Mental juara yang saat ini terbentuk menurut Yose Rizal Damuri, Executive Director Center for Strategic and International Studies (CSIS) tak hanya dapat diaplikasi di sepak bola saja.
Namun pembentukan mental juara tersebut juga dapat diaplikasikan di seluruh sektor. Termasuk sekor ekonomi dan bisnis.
Selain membutuhkan proses yang tak sebentar, seringnya bangsa Indonesia berkompetisi juga dapat menjadi sdalah satu faktor mempercepat pembentukan mental juara. Yose mengatakan, kita tak bisa dikatakan sebagai juara jika tak pernah berkompetisi.
Saat ini menurut Yose bangsa Indonesia seringnya berorientasi ke dalam (inward looking).Bangsa kita sibuk memproteksi diri kita sendiri dan menolak kehadiran asing.
Selain itu banyak sekali narasi yang membuat terhambatnya mental juara bangsa Indonesia seperti anti impor, anti penguasaan asing dan proteksi produk dalam negeri. Mental juara bangsa ini tak bisa terbentuk ketika kita selalu diproteksi.
Juara atau tidak lanjut Yose, baru dapat dilihat setelah kita masuk ke lingkungan yang lebih besar dan dapat berkompetisi.
“Sehingga kunci utama membentuk mental juara di sektor ekonomi adalah tak boleh phobia terhadap kehadiran orang atau produk asing.Yang dilakukan Ketua Umum PSSI membawa Timnas sepak bola Indonesia bertanding dengan berbagai timnas dari berbagai negara merupakan salah satu cara menghilangkan phobia dan membangun mental juara bangsa kita. Garuda Muda harus terus diajak bertanding di luar negeri agar mental juara dapat semakin kuat. Sepak bola di Eropa dapat maju karena kerap berkompetisi antar negara ,” kata Yose.
Yose memberikan contoh phobia terhadap persaingan yang memberikan dampak kurang baik bagi perekonomian. Integrasi perekonomian Indonesia ke dunia merupakan yang paling rendah di regional ASEAN. Perdagangan Vietnam dibandingkan dengan PDB bisa mencapai 200%. Ekspor impor mereka 2x lebih besar dari perekonomian mereka. Sedangkan di Indonesia hanya 35%.
Contoh lainnya adalah perbandingan nilai investasi asing dibandingkan dengan PDB. Data dari CSIS, Indonesia merupakan salah satu yang terendah di regional dengan 1,8%. Padahal Vietnam mencapai 6%. Perekonomian Vietnam sudah terbuka dan terintegrasi sejak tahun 90an. Thailand yang selama 8 tahun bermasalah angkanya masih di atas 2,5%%.
“Ini artinya perekonomian Indonesia tak terintegrasi dalam perekonomian global. Karena bangsa kita ingin memproteksi diri sendiri maka bangsa Indonesia kecenderungan terisolasi dari perekonomian global. Bangsa Indonesia tak akan mungkin memiliki mental pemenang seperti yang diinginkan Presiden Jokowi dan Erick jika kita selalu diproteksi. Mental pemenang itu harus diuji dan turun ke lapangan untuk berkompetisi dengan negara lain. Dengan membuka diri sehingga pembentukan mental juara dapat berjalan natural,” kata Yose.
Setelah berhasil membentuk mental juara timnas sepak bola Indonesia di SEA Games, Yose berharap Erick dapat menularkan mental juara di sektor olahraga ke sektopr ekonomi. Minimal dapat membentuk mental juara di perusahaan BUMN.
Sehingga nantinya perusahaan BUMN selain dapat bersaing di dalam negeri, mereka juga dapat berkompetisi dengan berbagai perusahaan di luar negeri. Kalau bangsa kita ingin memiliki mental pemenang harus mau berkompetisi.
Salah satu sektor yang sudah dapat menerima kehadiran investor asing adalah telekomunikasi. Setelah proteksi industri telekomunikasi dibuka pemerintah, Telkom menjadi salah satu BUMN yang memiliki mental juara dan dapat berkompetisi baik di dalam negeri ataupun di luar.
Dengan kompetisi membuat mental juara Telkom dan Telkomsel terbentuk. “Investasi asing disektor telekomunikasi terbukti tidak menggangu Telkom. Meski harus bersaing dengan perusahaan telekomunikasi global, justru saat ini Telkom dan Telkomsel masih menjadi perusahaan telekomunikasi terbesar di Indonesia. Bahkan mereka sudah merambah ke berbagai negara. Itu salah satu contoh mental juara yang sudah terbentuk di BUMN,” kata Yose.***