redaksiharian.com

MANILA, KOMPAS.com – Meski Filipina bersilang pendapat soal Laut China Selatan, Manila tetap menjalin hubungan dengan Beijing.

Hal tersebut disampaikan Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo di awal awal pembicaraan bilateral dengan Menteri Luar Negeri China Qin Gang pada Sabtu (22/4/2023).

“Perbedaan ini seharusnya tidak menghalangi kita untuk mencari cara mengelolanya secara efektif, terutama sehubungan dengan hak-hak warga Filipina, terutama nelayan,” kata Manalo.

Sebelumnya, Filipina sudah mengajukan protes diplomatik atas kehadiran kapal penangkap ikan China di perairan strategis tersebut.

Filipina juga memprotes apa yang disebutnya sebagai tindakan agresif Beijing di Laut China Selatan , sebagaimana dilansir Reuters.

Qin mengatakan pada Sabtu bahwa China siap bekerja sama dengan Filipina untuk mengimplementasikan konsensus antara kedua negara dan menyelesaikan perbedaan dengan baik.

China mengklaim kedaulatannya atas hampir seluruh perairan Laut China Selatan.

Laut China Selatan adalah perairan strategis yang dilalui kapal-kapal niaga dengan nilai sekitar 3 triliun dollar AS setiap tahunnya.

Selain menjadi perairan yang sibuk dan strategis, Laut China Selatan juga diyakini kaya akan mineral serta cadangan minyak dan gas.

Putusan Pengadilan Arbitrase Internasional pada 2016 menyangkal klaim Beijing atas Laut China Selatan.

Selain China, berbagai negara seperti Vietnam, Malaysia, Brunei Darussalam, Indonesia, dan Filipina memiliki klaim yang tumpang tindih di Laut China Selatan.