redaksiharian.com – Harga minyak mentah terpantau melemah pada perdagangan Jumat (21/4/2023), karena melambatnya kembali data ekonomi Amerika Serikat (AS) dan kenaikan persediaan bensin AS menimbulkan kekhawatiran tentang resesi dan permintaan minyak global yang lebih lambat.
Per pukul 08:45 WIB, harga minyak mentah jenis Brent melemah 0,33% ke posisi harga US$ 80,8 per barel, sedangkan untuk jenis light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) terkoreksi 0,34% menjadi US$ 77,11 per barel.
Kedua harga minyak mentah acuan dunia tersebut turun lebih dari 2% ke level terendah sejak akhir Maret, di tengah kekhawatiran adanya kemungkinan resesi dan tengah berada di jalur penurunan mingguan sekitar 6%.
“Sentimen pasar tetap bearish setelah data ekonomi AS yang lemah, bersama dengan ekspektasi kenaikan suku bunga, memicu kekhawatiran atas resesi yang dapat mengurangi permintaan minyak,” kata Hiroyuki Kikukawa, Presiden NS Trading, unit Nissan Securities, dikutip dari Reuters.
“Minyak WTI diperkirakan akan diperdagangkan dalam kisaran US$ 75 – US$ 80 untuk minggu depan karena investor mencoba mencari tahu apakah permintaan bensin AS akan meningkat menjelang musim mengemudi musim panas dan apakah permintaan minyak China akan benar-benar meningkat pada paruh kedua tahun ini,” tambah Kikukawa.
Data ekonomi menunjukkan klaim pengangguran mingguan naik pekan lalu, menunjukkan pasar tenaga kerja AS mungkin mulai menunjukkan tanda-tanda melambat karena efek lag dari beberapa kenaikan suku bunga bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed), menandakan adanya kekhawatiran tentang perlambatan permintaan bahan bakar.
Klaim pengangguran AS untuk pekan yang berakhir 15 April terpantau naik menjadi 245.000 klaim, dari pekan sebelumnya sebesar 240.000 klaim.
Menurut Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic, The Fed kemungkinan akan menaikkan suku bunga satu kali lagi.
Aktivitas ekonomi AS sedikit berubah dalam beberapa pekan terakhir karena pertumbuhan lapangan kerja agak moderat dan kenaikan inflasi tampaknya melambat, menurut laporan The Fed.
Di lain sisi, persediaan minyak mentah di AS pekan lalu turun lebih dari perkiraan karena kilang berjalan dan ekspor naik.
Mengutip data Administrasi Informasi Energi (EIA) AS, stok minyak mentah AS turun lebih besar dari perkiraan 4,6 juta barel pekan lalu, sedangkan persediaan bensin melonjak secara tak terduga karena permintaan yang mengecewakan.
Angka tersebut jauh lebih besar dari perkiraan analis untuk penurunan minyak mentah 1,1 juta barel, dan perkiraan Institut Perminyakan Amerika (API) pada Selasa dari penurunan 2,7 juta barel.
Sementara itu, China dapat memotong kuota untuk ekspor produk minyak sulingan dalam gelombang kedua untuk tahun 2023 karena permintaan domestik meningkat sementara kebutuhan untuk meningkatkan ekonominya melalui produk minyak mereda.
Di sisi pasokan, pemuatan minyak dari pelabuhan barat Rusia pada April kemungkinan akan naik ke level tertinggi sejak 2019, yakni di atas 2,4 juta barel per hari, meskipun Moskow berjanji untuk memangkas produksi minyak.
CNBC INDONESIA RESEARCH